***
Jika saja komitmen sumpah pemuda itu dipegang erat, potensi ancaman radikalisme dapat diredam secara bertahap. Terlebih kini alumni ISIS kini sudah kembali ke negara asal masing-masing. Soufan Center, Â sebuah lembaga think tank yang berbasis di AS. seperti dikutip Republika, menyebut sekitar 5.600 militan asing ISIS telah kembali ke negara asal mereka masing-masing.
Mereka mencakup 400 militan dari total 3.417 militan asal Rusia; 760 dari total 3.244 militan asal Arab Saudi; 800 militan dari total 2.926 militan asal Tunisia; 271 militan dari 1.910 militan asal Prancis, dan setengah dari 850 orang yang meninggalkan Inggris.
Disebut, Â 33 negara telah melaporkan kedatangan para militan itu dalam dua tahun terakhir. Hal tersebut disebabkan mereka kehilangan wilayah di Irak dan Suriah. Hanya tak disebut sudah berapa banyak anggota ISIS asal Indonesia yang sudah kembali. Bagi saya, ISIS yang telah berhasil "merayu" pemuda Indonesia harus dipandang punya potensi menebarkan kekerasan. Ini harus dihindari.
Bagaimana caranya?
Jadilah orang tua sejati. Siapa pun dia, entah berpendidikan tinggi hingga rendah, warga berkemampuan secara ekonomi, birokrat, politisi hingga tokoh masyarakat, agama, apa lagi ulama dituntut untuk membuka diri menerima pemuda yang kembali ke Tanah Air setelah mereka keluar dari ISIS.
Sekeras apa pun dia, sekuat apa pun paham dan keyakinan tertanam di hati, bila dilakukan pendekatan dengan baik dan ikhlas -- harus ada keyakinan -- bahwa semua itu akan membuahkan hasil. Nilai universal, ajaran kebaikan tak akan padam sepanjang zaman. Menjauhkan pemuda dari radikalisme kini menjadi bagian terpenting di negeri tercinta ini.
Selamat hari pemuda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H