Dari Pengajian FH'20 Usakti: Jauhkan Mengejek Orang Lain, Apalagi Agamanya
Jika ia yakin adanya Allah, maka dalam kehidupan keseharian - keyakinan yang sudah masuk ke lubuk hati - hendaknya dapat diimplementasikan dengan perbuatan nyata. Misalnya, tidak menyakiti hati orang lain apa lagi agamanya.
Itulah salah satu butir yang diungkap Ustad H Drs Najamuddin Siddiq pada pengajian Fakultas Hukum Angkatan 20 Universitas Trisaksi, Jakarta, Sabtu lalu. Sekali ini pengajian digelar di kediaman Notaris  Olvia Afiati Muis di kawasan Pemukiman Gudang Peluru, Tebet, Jakarta.
Sungguh menarik, ajaran tentang iman ini diangkat untuk menyegarkan ingatan para pesertanya. Â Iman, termasuk juga hijrah dan jihat adalah ajaran satu kesatuan yang tak terpisahkan. Ketiganya jadi satu kesatuan yang harus diimplementasikan bersamaan, dalam kehidupan sosial hingga dalam praktek kehidupan bernegara.
Dalam Islam, iman harus dapat tergambar dari dalam seorang Muslim. Iman bukan sekedar dimaknai percaya akan ke-Esa-an Yang Maha Pencipta, tapi harus dapat mewujud dalam bentuk kesalehan sosial.
Sebab, iman - yang dalam Islam kemudian jadi landasan (rukun) - harus juga dibarengi dengan mempercayai rasul, malaikat, kitab, hingga hari kiamat dan takdir. Â Mempercayai rasul tentu harus dibarengi keyakinan akan kebenaran ajaran yang dibawa dan disampaikan.
Ucapan seorang Muslim, mengaku sudah beriman, tak akan bermakna hidupnya jika saja terus menerus menghina orang lain. Menyebarkan kebohongan (hoax), fitnah hingga menyakiti orang lain. Termasuk pula mengejek agama milik agama non-muslim.
Jika ditanya tentang iman, ia fasih menjawab dan menjelaskan panjang lebar. Dalam tataran praktek, ajaran yang disampaikan Rasulullah banyak diabaikan. Ternyata, pemahaman masih sebatas penghias bibir. Karenanya, ke depan, penting mempelajari Islam secara keseluruhan dengan melaksanakan ajarannya yang komprehensif dan paripurna. Tegasnya, jadilah Islam kaffah.
Untuk menangkal perbuatan buruk itu, singkat kata, perlu memperkuat semangat jihat. Sayangnya, makna dijahat itu oleh sekelompok orang diplesetkan, membela Islam dan menjelekan agama orang lain. Bahkan, dengan bangga, menantang untuk berdebat tentang ke-esa-an Tuhan. Tuhan yang tunggal milik saya, dan tuhan yang 1.000 milik agama lain.
Jihat harus dimaknai sebagai perjuangan sungguh-sungguh untuk menegakan misi utama umat Manusia. Nabi Muhammad SAW menegaskan, Aku diutus untuk memperbaiki akhlak umat manusia.