"Gue harus menenangkan hati Aminah. Kalo gini terus, anggota rembongan bisa terganggu," kata Dewi lagi sambil melangkah mendekati Aminah yang terlihat berdiri bengong sambil melototi bangunan megah Masjid Nabawi dari dekat.
"Nggak pok. Ane nggak nangis. Cuma inget lagi cerita babe. Dulu masjid ini bangunannya cuma seuprit. Ukurannya di zaman nabi 50 x 50 meter. Sekarang, mewah. Menaranya juga banyak," ungkap Aminah sambil mengusap air matanya dengan mukena.
"Iye, sekarang empok Minah kosentrasi untuk shalat. Kan empok mau arbain. Jaga kesehatan. Abis shalat, nanti baru ke Raudhah!" kata Dewi menirukan pesan pimpinan KBIH.
"Oh, iye. Ane baru ingat," jawab Aminah.
"Kalau di Raudhah, doa ape aje kan boleh disampein?" tanya Aminah.
Dewi pun mengiyakan sambil melempar senyum. Namun ia kaget ketika Aminah menyatakan bahwa doa yang akan dipanjatkan di Raudhah bukan saja minta dikuatkan iman, orang tuanya diampuni segala kesalahan dan dosanya juga dipanjangkan usia yang bermanfaat hingga ia mudah mendapatkan jodoh terbaik sebagai pendamping hidupnya.
"Udeh lame aye putus melulu pacaran. Kapan punya pendamping hidup?" katanya kepada Dewi.
Lagi-lagi Dewi dengan usia yang sudah matang dan makan "asam-garem" dalam berumah tangga menyarankan agar doa tersebut bisa saja dipanjatkan. Tetapi jangan diomongin kepada orang lain, karena bisa jadi bahan tertawaan orang banyak.
"Tenang aje, mpok! Di sini berdoa, di Masjidil Haram juga berdoa. Termasuk secara khusus juga boleh dipanjatkan di Jabar Rahmah nanti," ungkap Dewi.
"Kok Jabar Rahmah, mpok?" tanya Aminah.
"Iye. Kan di situ tempat pertemuan Nabi Adam dan Siti Hawa. Setelah berpisah lama, kedua manusia pertama di bumi ini bertemunya di situ," jelas Dewi.