Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aminah Ingin Ganjaran Shalat Arbain dan Dapat Jodoh

4 Agustus 2017   13:06 Diperbarui: 4 Agustus 2017   16:31 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, jemaah Indonesia tengah berangkat ke Masjid Nabawi untuk melaksanakan shalat Arabin. Foto | Kemenag

Aminah menjawab dengan manggut-manggut. Lantas ia bertanya: "Kan udah azan. Kita ketinggalan dong?"

"Nggak. Barusan azan pertama?" kata Dewi yang meminta segera agar Aminah turun ke lobi.

Mendapat penjelasan rekannya ini, Aminah baru sadar bahwa ketika ia melek dari tidur yang didengar adalah bukan azan seperti di Betawi, kawasan Ceger, Cipayung yang orang-orangnya cuma dengerin azan sekali saat menjelang shalat subuh.

"Iya, kan kate babe di sini azannya dua kali," kata Aminah sambil mengingat-ingat cerita babenya ketika menunaikan ibadah haji yang masih menggunakan kapal laut tempo doeloe.

***

Benar cerita babe Aminah bahwa Madinah enak dan rasanya adem kotanya. Padahal secara fisik dan kasat mata, panas terik bikin pandangan mata silau. Kalau malam hari, nggak terasa seperti malam. Aminah menilai malam hari sama saja dengan siang. Yang beda, kalau siang nggak ada lampu terang seperti di lapangan sepak bola kalau Persija Jakarta melawan Persib Bandung di Stadion Menteng waktu dulu. Tapi, kalau malam hari, wuih, lampu terang di berbagai sudut kota. Apa lagi di Masjid Nabawi, tempat Jemaah haji dari berbagai negara kumpul di sini.

Orang Madinah bilang, musim haji baru terasa benar-benar musimnya saat Jemaah haji Indonesia berdatangan. Kalau Jemaah dari Indonesia belum datang, "hawa" musim haji nggak terasa.

Sambil clangak-clinguk mengagumi bangunan bertingkat tinggi berhimpitan di seputar Masjid Nabawi, Aminah bersama rombongan beranjak meninggalkan hotel sekelas bintang tiga. Dari kawasan Markaziyah, ia melangkah dengan tidak henti-henti mulutnya kumat-kamit membaca zikir. Wajahnya pun terlihat ceria, tak lagi sisa air mata melekat di pipinya seperti ketika ia bangun tidur tadi.

Nasihat babe masih terngiang di telinga Aminah. Jangan buang kesempatan, perbanyak shalat di Masjid Nabawi selagi ada di kota itu. Sebab, shalat di masjid itu keutamaannya 1000 kali dibanding masjid lain, kecuali di Masjidil Haram, Mekkah.

Begitu kaki menginjak halaman masjid yang dibangun Nabi Muhammad SAW ini, Aminah tak sadar bahwa air matanya kembali meleleh membasahi pipinya.

"Wah, rempong nih," kata Dewi kepada teman-teman serombongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun