Johan: Sekarang sering dicari orang, dapat panggilan. Sering manggung
Mamad: Ya iyalah. Orang butuh, untuk buka puasa. Lu omongin burung, yang lagi ngetren, mau manggung lagi.
Percakapan dua sahabat melalui media sosial yang berbeda latar belakang, asal usul, pendidikan dan usia itu tidak nyambung. Johan berpendidikan akademis, lebih tua dan berpengalaman sering pindah kota ketika bertugas. Sedangkan Mamad cuma berpendidikan sampai tingkat sekolah lanjutan pertama. Dua sahabat ini berbicara lewat WA, tapi tak ketemu pokok soalnya.
Pokok yang dibicarakan adalah Lontong, yang menurut Johan adalah Cak Lontong. Presenter yang tengah naik daun, atau tengah terkenal karena kepiawaiannya sebagai pembawa acara di beberapa stasiun televisi.
Berbeda dengan Mamad, sahabatnya Johan itu. Ketika bicara lontong, ingatnya tak jauh dari soal makanan. Apa lagi saat Ramadan ini. Lontong bagi Mamat adalah menu utama saat berbuka puasa setelah ia menyantap buah kurma dan seteguk air putih.
Disebut jas oleh Johan tapi maknanya lain lagi yang ditangkap. Jas yang dimaksud oleh Johan telah berubah makna menjadi jus. Apa lagi kedua orang ini menggunakan WA saat menjelang buka puasa.
Demikian juga kata manggung. Manggung yang dimaksud Johan adalah tampil di pentas, atau berbicara di hadapan orang banyak di tempat umum. Oleh si Mamat, kata manggung dimaknai sebagai burung perkutut aduan yang tengah dilombakan.
Kesimpulannya, ibarat ungkapan, Jaka Sembung bawa golok. Nggak nyambung goblok.
***
Kesalahan kecil pada pembicaraan sederhana menggunakan sarana media telepon genggam (HP) kapan dan dimana pun bisa terjadi terhadap siapa pun. Lebih fatal lagi pada percakapan mengandung unsur suku, agama, ras dan antargolongan atau SARA?
Kesalahan ketik, kesalahan penyebutan nama yang disampaikan menggunakan media sosial jauh lebih fatal. Jika seseorang menyebut nabi anu dan seterusnya tetapi salah pengetikan dan ditulis "n" menjadi "b" sehingga menjadi babi anu. Bagaimana reaksi Anda? Marah, bukan?