Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Kompasianival Berbagi] Guru Spiritualku Sebagai Saksi Konflik Antaretnis

23 September 2016   23:57 Diperbarui: 24 September 2016   05:25 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang etnis Dayak tengah melakukan ritual dan berdoa agar konflik di daerahnya segera berakhir (Dokpri)

Aku pernah menemui Camat Menyuke, Kabupaten Pontianak, Pak Cornelis – kini menjabat sebagai Gubernur Kalimantan Barat – pada tengah malam. Bersama rekanku, Aju, aku diterima di ruang tamu dengan ramah. Namun ada yang sulit dilupakan ketika menuju kediaman Pak Cornelis pada malam itu.

Yaitu, ribuan belalang menyerbu mobilku ketika hendak memasuki kota Darit, tempat kediaman Pak Cornelis. Perjalanan ke kediaman Pak Cornelis bagiku terasa penuh misteri. Bahkan terasa berkesan dalam suasana mistis. Bulu tangan merinding. Kata orang setempat, pasti lokasi itu ada penunggunya.

Alhamdulillah, akhirnya saya bisa menemui Pak Cornelis. Ia pun menjelaskan berbagai hal tentang konflik antaretnis di daerahnya yang dapat diatasi dengan dukungan aparat TNI dan Polri. “Aman, terkendali,” ia menegaskan dengan singkat.

Konflik antaretnis di Kalimantan Barat secara bertahap dapat diredam, karena seluruh pemangku kepentingan setempat; polisi dan TNI, birokrasi dapat menjalankan beberapa butir rekomendasi dari para tokoh agama dan pemuka masyarakat.

Yaitu, dilakukannya manajemen konflik dengan baik, melakukan razia terhadap penggunaan senjata tajam tanpa izin resmi bagi yang bepergian. Juga razia di tengah kota pun kadang terlihat dan diintensifkan.

Hal itu erat kaitannya dengan adanya peningkatan kemampuan intelejen pemerintah sehingga dapat diambil keputusan yang tepat, cepat dan benar untuk mengatasi berbagai konflik SARA di daerah itu.

Kerja sama antara Pemerintah dan pihak keamanan, masyarakat lapisan bawah ditingkatkan dengan memberi informasi yang jelas oleh pemangku kepentingan. Informasi sepotong-sepotong dihindari karena dapat menyesatkan. Juga, ketika ada perselisihan pribadi, dapat diselesaikan secara pribadi pula sesuai hukum yang berlaku tanpa menyertakan kesukuan dan agama.

Hal ini menjadi bagian terpenting karena dalam suasana rusuh tidak mustahil ada pihak ketiga mengambil keuntungan dengan cara menyebarkan isu menyesatkan, yang akhirnya dapat menyulut persoalan baru.

Pangab Jenderal TNI Wiranto, ketika berkunjung ke Kalimantan Barat, mengungkapkan bahwa pihaknya sangat setuju jika untuk menyelesaikan semua persoalan di daerah itu penting mendapat dukungan tenaga sosiolog. “Saya setuju rekomendasi hasil pertemuan antarwarga di Singkawang, 25 Maret 1999 lalu,” ia menegaskan.

Kalimantan Barat kini sudah aman, seaman para nelayan, saudagar dan pebisnis berlayar di Sungai Kapuas yang indah itu. Semoga makin jaya ke depan.

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun