Mohon tunggu...
Edy Suhardono
Edy Suhardono Mohon Tunggu... Psikolog - Psychologist, Assessor, Researcher

Direktur IISA Assessment Consultancy and Research Centre, Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Investasi SDM melalui Pendidikan Seumur Hidup

11 Januari 2025   10:10 Diperbarui: 11 Januari 2025   12:10 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Marginson menyoroti bahwa penekanan pada metrik internasional dapat menyebabkan universitas mengabaikan misi sosial dan pengabdian masyarakat yang seharusnya mereka emban (Marginson, 2018). Akibatnya, lulusan universitas mungkin tidak siap untuk berkontribusi secara efektif di lingkungan kerja lokal. Dari sini dipertanyakan, sejauh mana obsesi terhadap ranking ini membantu atau malah merugikan kualitas pendidikan kita.

Pabrikasi Versi Universitas 

Lemahnya kesadaran akan SDM sebagai sebuah investasi jangka panjang mengakibatkan sulitnya membedakan antara universitas sebagai persemaian SDM atau pabrik SDM massal. Universitas saat ini sering kali bertransformasi menjadi "pabrik" yang memproduksi lulusan dengan mentalitas minimal. Ini terlihat dari semangat pengajaran yang lebih mengutamakan formalitas dan sistematisasi daripada pengembangan kreatif dan kritis pada mahasiswa. Seharusnya universitas bukan sekadar pabrik yang mencetak lulusan tanpa mentalitas 'lebih' (Wibisono, 2022).

Proses pendidikan yang seharusnya berorientasi pada pengembangan individu, justru terjebak dalam rutinitas pengabdian terhadap angka-angka statistik dan pencapaian administratif. Menurut Altbach, terlalu fokus pada aspek formalitas pendidikan dapat menghambat perkembangan keterampilan kritis dan inovatif pada mahasiswa (Altbach, 2014). Ini menunjukkan betapa pentingnya mereformasi sistem pendidikan untuk lebih menekankan pada kualitas daripada kuantitas.

Howard Gardner, seorang psikolog dari Harvard University, menyatakan bahwa pendidikan seharusnya berfokus pada pengembangan multiple intelligences atau kecerdasan jamak. Gardner menekankan bahwa setiap individu memiliki kekuatan dan kelemahan yang berbeda, dan pendidikan harus mencerminkan keragaman ini agar lulusan dapat berkontribusi secara efektif dalam berbagai bidang (Gardner, 2011).

Sebagai refleksi, penulis mengangkat pemikiran Sir Ken Robinson, seorang pakar pendidikan internasional, yang mengemukakan bahwa kualitas pendidikan seharusnya diukur dari kemampuan lulusan dalam berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan, bukan hanya dari data statistik jangka pendek.

Robinson berpendapat bahwa pendidikan yang benar-benar efektif adalah yang mampu menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berpikir kreatif dan siap belajar sepanjang hidup mereka (Robinson, 2015). Jika tidak segera beralih dari cara pandang ini, bagaimana kita bisa menciptakan generasi yang berinovasi dan beradaptasi dengan cepat dalam era perubahan ini?

Pendidikan Seumur Hidup sebagai Investasi SDM

Di tengah tantangan dunia pendidikan formal, pendidikan seumur hidup muncul sebagai solusi yang menjanjikan. Konsep ini memberi kesempatan bagi individu untuk terus belajar dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar kerja yang berubah, tanpa batasan usia atau formalitas pendidikan. Pendidikan seumur hidup menggabungkan pendidikan formal dan nonformal untuk menghadapi tuntutan yang selalu berubah, memberikan ruang bagi individu untuk memperbarui keterampilan dan pengetahuan mereka melalui berbagai pengalaman, pelatihan, kursus online, dan pembelajaran mandiri.

Proses pembelajaran yang berkelanjutan ini memungkinkan individu untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan di dunia kerja. Pendidikan seumur hidup mendorong pengembangan individu secara menyeluruh, dengan memfasilitasi peningkatan keterampilan dan pengetahuan sepanjang hayat. Dengan demikian, pendidikan seumur hidup menjadi proses yang abadi, yang terus memperbarui dan meningkatkan kemampuan individu. John Field, dalam "Lifelong Learning and the New Educational Order", menjelaskan bahwa pendidikan seumur hidup memfasilitasi adaptasi cepat terhadap perubahan di dunia kerja (Field, 2006).

Selain itu, pendidikan seumur hidup juga menawarkan solusi untuk mengatasi kesenjangan keterampilan tenaga kerja. Pendidikan formal sering kali tidak cukup untuk mempersiapkan individu menghadapi tantangan masa depan yang kompleks dan dinamis. Dengan adanya pendidikan seumur hidup, individu dapat terus belajar dan beradaptasi dengan cepat terhadap kebutuhan pasar yang selalu berubah, menciptakan sumber daya manusia yang lebih kompetitif dan adaptif. John Dewey menyatakan pentingnya pendidikan seumur hidup dalam mengatasi kesenjangan keterampilan. Dalam bukunya "Experience and Education", ia menyoroti bahwa pendidikan formal sering kali tidak cukup untuk mempersiapkan individu menghadapi tantangan masa depan yang kompleks (Dewey, 1938).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun