Sebelumnya bukannya tidak pernah ada upaya ke arah sana. Zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), berkali-kali pertemuan diselenggarakan kedua negara untuk menjajakinya. Namun sejauh itu, berbagai rapat dan pertemuan tadi boleh disebut tidak menghasilkan keputusan berarti. Gagasan pembentukan wadah bersama juga terus saja mengawang-awang, tanpa pernah bisa dibuat berpijak ke bumi.
“Hari ini adalah hari bersejarah bagi Indonesia dan Malaysia. Untuk pertama kalinya setelah puluhan tahun berseberangan, kedua negara bersatu dan bahu-membahu dalam memperbaiki harga dan kualitas hidup petani CPO. Tolong dicatat, membaiknya harga dan pengelolaan sawit yang lestari, tidak ada artinya kalau kesejahteraan petani tidak ikut diperbaiki,” ujar Rizal Ramli usai pendatanganan pembentukan CPOPC.
Sejatinya, CPOPC besutan RR ini bukan badan untuk gagah-gagahan. Banyak kalangan mentamsilkannya dengan badan kartel minyak mentah dunia, OPEC. Memang, baik Indonesia maupun Malaysia tidak secara tegas menampik anggapan tersebut. Yang pasti, kedua negara hendak bersatu mengatasi masalah pertumbuhan dan keberlanjutan minyak sawit. Untuk itu, keduanya menyepakati Kerangka Global Prinsip Minyak Sawit Berkelanjutan (Global Framework of Principles for Sustainable Palm Oil/GPSPO).
Secara umum, organisasi internasional di bidang minyak sawit itu bertujuan meningkatkan daya saing industri strategis minyak sawit dan praktik pengelolaan yang memperhatikan kelestarian lingkungan. Namun seperti ditegaskan Rizal Ramli, konsentrasi terbesar CPOPC adalah meningkatkan kesejahteraan petani kecil.
“Dengan menyeimbangkan dan menyelaraskan tiga komponen ini, kita bisa benar-benar memaksimalkan potensi sawit sebagai industri strategis. Semua itu dimaksudkan untuk manfaat yang lebih besar bagi seluruh umat manusia, khususnya para petani sawit kecil,” ungkap Menko Rizal Ramli.
Semoga.... (*)
Jakarta, 18 Mei 2016
Edy Mulyadi, Direktur Program Centre for Economic and Democracy Studies (CEDeS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H