Mohon tunggu...
Edy Azhari
Edy Azhari Mohon Tunggu... Guru - Nama

“Tugas Anda bukanlah untuk mencari cinta, tetapi hanya untuk mencari dan menemukan semua penghalang dalam diri Anda yang telah Anda bangun untuk melawannya.” - Rumi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

1 Mei 2022   04:41 Diperbarui: 1 Mei 2022   06:58 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pengambilan keputusan tidak terlepas dari praktik coaching, hal ini dikarenakan tahapan-tahapan coaching sangat erat kaitannya dengan proses pengambilan keputusan. Pada praktik coaching kita melakukan penentuan tujuan dari proses yang akan dilakukan, selaras dengan pengambilan keputusan selaku pemimpin pembelajaran harus mampu menelaah dan menetapkan arah serta tujuan keputusan yang kita ambil, begitu juga pada langkah indentifikasi, dalam pengambilan keputusan kita harus mengidentifikasi beberapa para fakta yang relevan serta siapa saja yang terlibat dalam permasalahan tersebut, hal ini bertujuan agar keputusan yang kita ambil benar-benar sesuai dengan data detail dari setiap permasalahan. Begitu juga dengan melakukan komunikasi asertif sebagai upaya mengumpulkan data sebagai bahan pertimbangan menentukan opsi pemecahan permasalahan yang terjadi, kita juga bisa mengajukan pertanyaan selektif kepada orang yang terlibat permasalahan (coachee) untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi penyelesaian sehingga dapat membuat sebuah keputusan tepat dan seharusnya serta bisa mempertanggungjawabkannya.

Dalam sudut pandang filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, proses coaching bisa membantu pendidik untuk menjalankan proses menuntun peserta didik dalam menerapkan merdeka belajar yang juga perlu diterapkan dalam pengambilan keputusan agar menghasilkan putusan yang berpihak pada murid.

 Sebagai pemimpin pembelajaran, sudah bisa dipastikan seorang guru akan menghadapi berbagai permasalahan yang terjadi baik di kelas bersama muridnya maupun di lingkungan sekolah. Permasalahan tersebut tidak bisa dihindari atau diabaikan begitu saja, tetapi membutuhkan penyelesaian dalam bentuk sebuah keputusan. Untuk sebuah keputusan seorang guru harus memiliki kemampuan dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional dalam dirinya agar proses pengambilan keputusan dilakukan dengan penuh kesadaran dalam artian  sadar akan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.

Guru yang telah menguasai pengetahuan dan keterampilan serta memiliki sikap positif terhadap aspek sosial dan emosional, maka disaat pengambilan keputusan memiliki tujuan yang juga positif dan bertangungjawab. Ketika dihadapkan pada permasalahan yang mengandung dilema etika, kesadaran akan aspek sosial emosional ini yang menuntutnya untuk memberi keputusan tepat, begitu juga mekanisme otak akan mengarahkan diri  memberikan waktu untuk memahami dengan baik kasus yang sedang dihadapi. Guru juga akan mencari tau apa yang dirasakan murid dan mau mendengarkan dengan penuh perhatian. Respon guru yang berkesadaran penuh, mampu mengelola diri, memiliki kesadaran sosial dan empati, memiliki kemampuan berelasi dengan kolega dan mengambil keputusan yang bertangungjawab. Faktor internal dari dalam diri seorang guru ini lah yang akan mempengaruhi kualitas serta tujuan keputusan yang diambil.

Menjadi pemimpin pembelajaran bukan hal yang mudah, akan tetapi juga tidak selalu sulit jika kita mau terus belajar dan mengupgrade pengetahuan serta kemampuan sebagai upaya melatih diri menghadapi berbagai persoalan dan permasalahan yang terjadi di lingkungan sekolah. Guru dalam menjalankan perannya sering berhadapan dengan situasi yang penuh dilema etika, kondisi yang menimbulkan rasa takut dan keraguan ketika membuat berbagai keputusan. Seorang guru jika dihadapkan pada situasi dilema etika ataupun bujukan moral, maka prinsip dan paradigma yang tepat dapat dijadikan solusi untuk membantunya dalam mengambil keputusan. Sementara itu pada kasus moral, nilai kebajikan yang tertanam dalam diri seorang guru akan menjadi penentu putusan yang diambil. Menjadi guru harus memiliki karakter tegas, bertanggung jawab, memiliki integritas serta berkomitmen agar bisa menjadi dasar penentuan pengambilan keputusan. Pada 9 langkah pengujian pengambilan keputusan terdapat adanya uji intuisi, pada poin inilah guru dapat mengekplore dirinya terhadap nilai yang diyakininya dengan nilai-nilai yang bertentangan pada sebuah permasalahan.

Pengambilan keputusan yang dihasilkan melalui langkah-langkah yang tepat akan menghasilkan putusan yang kurang beresiko, mengayomi dan mengakomodir banyak pihak serta tidak menimbulkan permasalahan dikemudian hari. Sebelum pengambilan keputusan, kita harus mengidentifikasi masalah dengan baik apakah termasuk bujukan moral atau hanya sekedar dilema etika. Ketika kasus yang dihadapi merupakan bujukan moral dalam konteks benar lawan salah maka tidak perlu diragukan keputusan yang diambil kebenaran yang perlu ditegakkan. Namun jika situasi yang dihadapi merupakan kebenaran yang saling bertentangan atau disebut juga dilema etika, maka tahapan yang perlu dilakukan adalah :

1.Menggunakan 4 paradigma dilema etika, kita menentukan paradigma apa yang sesuai dengan permasalahan yang terjadi, adapun paradigma yang berlaku sebagai pemimpin pembelajaran yaitu: individu lawan masyarakat, keadilan lawan kasihan, kebenaran lawan  kesetiaan, dan jangka pendek lawan  jangka panjang.

2.Pengkajian prinsip pengambilan keputusan, ketajaman analisis kita terhadap dilema etika yang terjadi akan mengarahkan kita untuk menggunakan prinsip pengambilan keputusan, sehingga keputusan yang dihasilkan merupakan keputusan yang tepat, diterima banyak kalangan. Adapun prinsip berpikir dalam pengambilan keputusan tersebut adalah : berfikir berbasis peraturan, berfikir berbasis rasa peduli dan berfikir berbasis hasil akhir.

3.Menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, 9 langkah ini perlu dilakukan agar  terlihat jelas permasalahan yang kita hadapi adalah benar-benar dilema etika atau bujukan moral. Disamping itu pengujian pengambilan keputusan ini juga bertujuan sebagai instrumen untuk mengenali situasi, memetakan masalah serta menggali beberapa opsi penyelesaian. Begitu juga kita bisa merefleksikan kembali sehinga akan terlihat tepat atau tidaknya keputusan tersebut.

Adapun 9 langkah-langkah yang dimaksud adalah: (1). Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan (2). Menentukan siapa saja yang terlibat (3). Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan (4). Melakukan pengujian benar atau salah melalui uji legal, uji regulasi/standar profesional dan uji intuisi, uji publikasi serta uji panutan/idola, (5). Pengujian Paradigma Benar lawan Benar (6). Melakukan Prinsip Resolusi (7). Melakukan Investigasi Opsi Trilema (8). Membuat Keputusan (9). Lihat lagi keputusan dan refleksikan.

Apabila tahapan pengujian dilakukan secara benar dan lengkap, maka keputusan yang diambil tidak akan menimbulkan permasalahan dikemudian hari. Keputusan yang diambil juga akan menghasilkan keefektifitasan yang bisa dilihat melalui adanya penerimaan dan dukungan dari berbagai pihak yang berkepentingan. Melalui keputusan tersebut secara tidak langsung akan berdampak pada kondisi lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman bagi semua kalangan terfokus kepada murid sebagai objek pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun