PENDAHULUAN
Fenomena pelayanan kesehatan semakin berkembang baik dari segi kualitas pelayanan maupun sistem pendukung pelayanan berbasis teknologi informasi. Hal ini didukung oleh teori bahwa rumah sakit merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan, yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan sesuai dengan Garis Besar Haluan Negara, sistem kesehatan nasional, rencana kesehatan, dan peraturan perundang-undangan lainnya (Adikoesomo, 2003).
Dalam dimensi peradaban 4.0 saat ini, bisnis rumah sakit banyak mengalami perubahan dan penyesuaian, baik dari segi paradigma maupun ilmu pengetahuan, yang sebelumnya dianggap sebagai bisnis yang unik, dan saat ini rumah sakit tidak bisa dikelola hanya dengan akal sehat Mulyadi (1998), yang menurut pendapat saya menunjukkan bahwa administrasi rumah sakit masa kini tidak dapat dikelola secara emosional tanpa bantuan manajemen yang efektif.
Hal ini sesuai dengan pendapat Taurany (2008), yang menyatakan bahwa era digitalisasi dan globalisasi harus dibarengi dengan sistem dan sumber daya yang berdaya saing tinggi melalui kepemimpinan yang menginisiasi perubahan dan pengelolaan yang profesional, manajemen perubahan, dan peningkatan kepuasan konsumen. Meningkatkan budaya organisasi dan menerapkan winmills yaitu melakukan tindakan akomodatif dan memberdayakan angin perubahan, seperti peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit dalam negeri yang bekerja sama dengan rumah sakit yang berpegang pada standar mutu internasional (RS luar negeri). Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas dapat dikatakan bahwa analisis dalam menjalankan strategi pemasaran harus didasarkan pada karakteristik internal dan eksternal rumah sakit dan diukur dengan menggunakan alat ukur yang relevan dengan kondisi rumah sakit.
Hal ini diperkuat oleh keyakinan Kotler & Keller (2009) bahwa pemasaran adalah kunci untuk mencapai tujuan organisasi secara lebih efektif dibandingkan pesaing karena pemasaran mengintegrasikan upaya pemasaran untuk menilai dan memenuhi kebutuhan dan aspirasi pasar sasaran. Manajemen pemasaran merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendayagunaan jasa rumah sakit dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Artinya pemasaran dan taktik terikat dengan tujuan organisasi atau rumah sakit, dan produk unggulan yang dikembangkan rumah sakit untuk meningkatkan pendapatan rumah sakit sehingga menghasilkan pertumbuhan perekonomian masyarakat di dalamnya.
Terakhir, penulis memberikan asumsi utama dalam pembuatan tulisan ini, yaitu adanya dinamika persaingan yang parah, yang mengakibatkan manajemen rumah sakit harus berbenah diri dan mencapai efisiensi. Memecahkan masalah pemasaran, dimana organisasi menghadapi variabel-variabel yang terus berubah di pasar, seperti perubahan peraturan perundang-undangan oleh pemerintah, persaingan yang sangat ketat, pasien yang semakin kritis (kepuasan pasien), serta semakin beragamnya jenis asuransi atau iklim pembiayaan rumah sakit, merupakan salah satu efisiensi yang efektif untuk menghasilkan dampak dan nilai ekonomi.
KERANGKA TEORITIK
Kerangka teori penulis dalam mengeksplorasi strategi dan fenomena pemasaran di Rumah Sakit Bedah Khusus Hasta Husada didasarkan pada berbagai elemen yang mempengaruhi kunjungan pasien dan menurunnya profitabilitas di Rumah Sakit Bedah Khusus Hasta Husada.
TINJAUAN REFERENSI
Manajemen pemasaran secara umum adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga dan promosi serta distribusi barang, jasa, dan ide untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok sasaran yang memuaskan tujuan pelanggan dan organisasi (Yuwono & Semuel, 2016)
Persaingan dalam pelayanan kesehatan. Bauran pemasaran atau marketing mix merupakan serangkaian alat pemasaran yang digunakan Perusahaan (dalam hal ini rumah sakit) terus menerus untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran(Rahmawati, 2018).
Strategi pemasaran sangatlah penting dalam sebuah metode analisis review pangsa pasar sebuah Perusahaan, karena strategi pemasaran adalah hasil dari bauran pemasaran yang mempunyai nilai konseptual dan elemen penting untuk digunakan dan diimplementasikan oleh pemilik bisnis, eksekutif pemasaran, dan manajer operasional dalam perang pasar (Yuwono & Semuel, 2016).
Sedangkan strategi pemasaran rumah sakit adalah program yang menyeluruh dari sebuah usaha, atau Perusahaan dalam menentukan target pemasaran untuk memuaskan pasien. Hal ini dilakukan dengan mengkombinasikan semua elemen produk, promosi, marketing mix, distribusi dan harga, serta pelayanan kesehatan. Sehingga strategi pemasaran juga dapat didefinisikan sebagai Upaya memasarkan suatu produk dengan menggunakan pola rencana tertentu, untuk mendapatkan jumlah penjualan yang lebih tinggi (Lesnussa & Mulyanti, 2023).Adapun jurnal rujukan yang dijadikan review untuk membandingkan fakta dilapangan dengan teori-teori tentang manajemen pemasaran strategis di rumah sakit adalah sebagai berikut:
METODOLOGI
Metode Tinjauan Pustaka Sistematis digunakan untuk menulis artikel ini. Prosedur ini dilakukan dengan melakukan pencarian bebas menggunakan Publish or Perish 8, kemudian memetakan jurnal yang dijadikan referensi dan database (PoPCites.ris) dengan Vos Viewer. Pada tanggal 23 Oktober hingga 5 November 2023, penelusuran dilakukan dengan menggunakan istilah bauran pemasaran (7P), strategi dan analisis bauran pemasaran, bukti fisik, bauran pemasaran di rumah sakit, dan bukti. berdasarkan hasil pencarian kata kunci. Selanjutnya makalah yang diambil dipelajari dan dievaluasi relevansinya dengan topik yang diangkat, dan artikel dimasukkan dalam karya ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Beberapa penelitian dan tinjauan literatur secara konsisten mengungkapkan bahwa bauran pemasaran yang tepat mempunyai dampak besar terhadap strategi pemasaran dan target pasar yang dikembangkan. Teknik pemasaran yang digunakan rumah sakit mempengaruhi analisis yang sesuai dengan analisis manajemen pemasaran untuk meningkatkan volume atau kunjungan pasien. Oleh karena itu, rumah sakit harus memahami kesulitan-kesulitan yang ada baik di dalam maupun di luar rumah sakit agar dapat melakukan kajian dan analisis terhadap permasalahan tersebut, salah satunya adalah masalah pemasaran atau promosi rumah sakit.
Bukti fisik merupakan salah satu komponen bauran pemasaran yang dapat digunakan rumah sakit untuk memasarkan produk atau jasa rumah sakit menurut (Sapardin et al., 2021). Bukti fisik adalah tentang apa yang dilihat dan dialami klien saat menggunakan suatu layanan, serta persepsi mereka terhadap perusahaan. Bukti fisik dapat dikelola dengan tiga cara: sebagai media pembangkit perhatian, media pembangkit pesan, dan media pembangkit efek. Bukti fisik terdiri dari tiga bagian: fasilitas luar, fasilitas interior, dan ciri-ciri berwujud lainnya. Bukti fisik memainkan peran penting dalam pengemasan layanan dengan menetapkan harapan dan mempengaruhi persepsi, memfasilitasi aliran proses yang terlibat dalam pemberian layanan, mengelola konsumen, mendidik anggota staf dan klien tentang nilai mereka, dan menawarkan cara untuk menonjol dari yang lain. sebuah kompetisi. Metodologi yang digunakan adalah tinjauan pustaka atau penelitian kepustakaan, yang dilakukan dengan mencari beberapa artikel sebagai referensi, mengkajinya, dan menyesuaikannya dengan topik yang dikemukakan sehingga menghasilkan temuan opini dari kajian artikel tersebut.
Sedangkan menurut Lesnussa & Mulyanti (2023) menjelaskan dalam jurnalnya bahwa taktik pemasaran rumah sakit dan institusi kesehatan lainnya serupa dengan teknik pemasaran pada umumnya. Karena tujuan dari strategi ini adalah untuk mempromosikan dan memperkenalkan rumah sakit serta layanan yang diberikannya guna meningkatkan pendapatan dan kualitas pelayanan kesehatan. Analisis deskriptif dan tinjauan banyak literatur dan penelitian teoritis digunakan sebagai pendekatan. Data diolah dan diteliti dengan membandingkan teori-teori yang telah ada sebelumnya, dan disajikan dalam bentuk narasi, diagram, dan skema yang membahas temuan penelitian dari berbagai literatur tersebut.
Rahmawati (2018) mencatat dalam penelitiannya bahwa rumah sakit harus menetapkan kampanye pemasaran untuk memastikan produknya mendapat respon dari target pasar. Oleh karena itu, diperlukan instrumen untuk memastikan bahwa program mencapai tujuannya. Dalam pengertian ini, alat tersebut mengacu pada program yang mungkin dikendalikan oleh perusahaan, khususnya bauran pemasaran. Penelitian ini disusun dengan gaya tinjauan sistematis (meringkas) temuan-temuan penelitian sebelumnya, yang sering disebut metasintesis. Metasintesis merupakan pendekatan integrasi data yang digunakan untuk menghasilkan ide atau gagasan baru, serta tingkat pemahaman yang lebih dalam dan komprehensif (Perry & Hammond, 2002).
Penulis membandingkan teori dan kenyataan di lapangan, dalam hal ini Rumah Sakit Bedah Khusus Hasta Husada, berdasarkan berbagai penelitian dan ulasan artikel ini. Pada kasus RS Khusus Hasta Husada, permasalahan yang ada saat ini adalah pada promosi, bauran pemasaran, dan target pasar, sehingga pendapatan rumah sakit masih rendah. Penulis mencari beberapa artikel berdasarkan uraian masalah melalui publikasikan atau publikasikan dan mengembangkan daftar artikel berdasarkan topik, yaitu sebagai berikut:
Dari fakta dilapangan (Rumah Sakit Khusus Bedah Hasta Husada) ditemukan data permasalahan yang dideskripsikan dalam Analisa fishbone, yaitu sebagai berikut:
Kemudian secara tabulasi dari breakdown diagram fishbone tersebut bisa dijelaskan secara rinci yaitu sebagai berikut:
Tabel 1: Pokok permasalahan terkait branding dan promosi di RSKB Hasta Husada:
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut di atas dan kajian teori, serta tinjauan literatur dari jurnal dan artikel, maka dapat disimpulkan dan direkomendasikan agar Rumah Sakit Bedah Khusus Hasta Husada berkonsentrasi pada tiga permasalahan besar, sebagaimana dirinci di bawah ini:
- Sistem Manajemen
- Interoperabilitas (kemampuan aplikasi dan sistem untuk bertukar data secara aman dan otomatis melintasi batas geografis, politik, dan organisasi) dalam hal aplikasi SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit) dengan output data EMR (Rekam Medis Elektronik) yang terintegrasi untuk mencapai kepuasan pasien , yang mengarah pada peningkatan nilai pasar (metode mulut ke mulut).
- Change Management berarti meninggalkan proses manual demi era digital terintegrasi untuk memberikan layanan yang cepat, tepat, dan aman.
- Marketing and Branding
- Peluang Pasar Rumah Sakit;
- Aktivasi Media Sosial;
- Penjualan;
- Menentukan pelayanan unggulan berdasarkan ciri kawasan rumah sakit;
- Captive Market adalah asuransi BPJSTK (Ketenagakerjaan) dan asuransi Jasa Raharja, karena lokasinya dekat dengan kawasan industri.
- Keuangan (revenue)
- Layanani diversifikasi BPJS;
- Layanani diversifikasi Non BPJS.
KESIMPULAN
Manajemen pemasaran sangat penting dan memegang kekuasaan paling besar di semua jenis bisnis, baik yang beroperasi di sektor tradisional maupun jasa. Rumah sakit adalah bisnis nirlaba (sosial) yang bergerak di sektor jasa. Hal tersebut merupakan cerminan wajah suatu perusahaan yang memiliki sedikit atau sedikit sentuhan teori bisnis yang dijadikan acuan dasar manajemen rumah sakit.
Bauran pemasaran harus konsisten dengan strategi pemasaran yang dikembangkan melalui pemetaan bauran pemasaran dan segmentasi pasar, yang mencoba mengidentifikasi pasar sasaran. Dalam hal ini, Rumah Sakit Bedah Khusus Hasta Husada belum mulai mengembangkan program terkait bauran pemasaran yang digunakan untuk mengidentifikasi target pasar. Setelah melakukan kajian berdasarkan teori tinjauan literatur dari berbagai artikel yang telah ditentukan dan diselaraskan dengan fakta di lapangan di RSKB Hasta Husada, diperoleh kesimpulan bahwa Rumah Sakit Bedah Khusus Hasta Husada harus mulai menentukan pangsa pasar dan target, yaitu sertifikasi pasien BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Disisi lain untuki meningkatkan mutu layanan di Rumah Sakit Khusus Bedah Hasta Husada , harus diimbangi dengan memperbaiki sistem dan alur layanan (physical evidence), penambahan fasilitas dan sarana prasarana (place), memberdayakan dan mendayagunakan SDM terampil termasuk menciptakan layanan unggulan (product), serta branding dan promosi disetiap platform yang ada baik sistem door to door, mouth to mouth ataupun melalui media (promotion).
DAFTAR PUSTAKA
Adikoesomo, S. (2003). Manajemen Rumah Sakit. Pustaka Sinar Harapan.
Bravo, R., Gutiérrez, T. M., & Pina, J. M. (2009). The role of bank image for customers versus non-customers. International Journal of Bank Marketing, 27(4), 315–334. https://doi.org/10.1108/02652320910968377
Kotler, K., & Keller, K. (2009). Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13. Erlangga.
Lesnussa, R., & Mulyanti, D. (2023). Studi Literature: Strategi Pemasaran Rumah Sakit Untuk Meningkatkan Pendapatan Dan Kualitas Layanan Kesehatan. Jurnal Kesehatan Amanah, 7(1), 78–82. https://doi.org/10.57214/jka.v7i1.269
Mulyadi. (1998). Total Quality Manajemen. Aditya Media.
Perry, A. & Hammond, N. (2002). Systematic Review: The Experience of a PhD Student. Psychology Learning and Teaching, 2(1), 32–35.
Rahmawati. (2018). Analisis Produk Layanan Rumah Sakit dalam Lingkup Bauran Pemasaran Analysis of Hospital Service Products in Scope of Marketing Mix. Jurnal ARSI, 5, 37–41.
Sapardin, A. N., Ginanjar, E., Rahmawati, H. K., Agtasari, R., Anggiri1, V. W., & Subekti, Y. (2021). Analisis Pemasaran Rumah Sakit Berbasis Bukti. Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia, 7(2), 33–39. https://doi.org/10.7454/arsi.v7i2.3655
Taurany, H. (2008). Administrasi Rumah Sakit. UI Press.
Yuwono, A., & Semuel, H. (2016). Penelitian Pengaruh Marketing Mix Terhadap Loyalitas Pelanggan Menggunakan Jasa Printing Digital Pada Pt. Elang Perkasa Langgeng. Jurnal Pemasaran, 01, 1–23.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H