Kalau kamu harus memilih, berdasarkan apa yang kamu asumsikan atau kamu alami atau kamu pelajari menurut kamu mana yang mulia: Kasih Ibu atau Kasih Bapa?
Sebelum dapat merespon itu, baiklah saya coba berkisah terkait dengan pengetahuan yang ada saat ini dengan berbagai kisah ini:
Kasih Ibu
Sebut saja Budi, seorang anak sekolah dasar kelas dua diminta oleh gurunya untuk mengirimkan video tugas sekolah. Video tugas sekolah adalah menyanyikan lagu "Kasih Ibu" ciptaan SM Mochtar ( Mochtar Embut). Begini lirik lagunya:
Kasih ibu ... kepada beta
Tak terhingga ... sepanjang masa
Hanya memberi... tak harap kembali
Bagai sang surya ... menyinari dunia (2x)
Lagu ini senantiasa dikumandangkan setiap perayaan Hari Ibu Nasional tanggal 22 Desember, khususnya dinyanyikan oleh anak-anak sekolah. Hari Ibu sudah diperingati sejak pemerintahan Ir. Soekarno pada tahun 1953.
Gambaran lagu yang dinyanyikan oleh Budi adalah sepotong gambaran pengalaman sang pencipta lagu, suatu bentuk pemujaannya kepada ibunya Sukinah yang berprofesi sebagai penari menikah dengan ayahnya, Embut seorang musisi tonil (sandiwara rakyat). Meskipun terlihat jelas bahwa kecintaannya terhadap musik mengalir dari ayahnya namun ekspressi hatinya cenderung mengarah kepada ibunya. Budaya yang mengalir ketika dia lahir adalah budaya dari keliling lingkungan tempat dia lahir, Sulawesi Selatan dan juga keluarga. Sepanjang hidupnya, persembahannya hingga akhir hidupnya adalah memperjuangkan Indonesia mempunyai lagu-lagu rakyat berbobot kepada dunia luas, termasuk lagu rakyat "Kasih Ibu".
Namun kali ini bukan sejarah Mochtar Embut yang akan diulas. Ini hanya potongan kisah pertama dari salah satu dari pembentuk kehidupan manusia adalah pendidikan dari musik. Ekpsresi kehidupan manusia yang hanya dapat diungkapkan melalui musik sebagai salah satu bentuk pendidikan ke semua kalangan termasuk anak-anak.
Hal ini sepertinya senada dengan apa yang pernah diungkapkan oleh salah satu Presiden AS ke-38, Gerald Ford:
"Music education opens doors that help children pass from school into the world around them - a world of work, culture, intellectual activity, and human involvement. The future of our nation depends on providing our children with a complete education that includes music." ~ Gerald R. Ford
Artinya dalam kebudayaan termasuk pendidikan di Indonesia pada zaman penulis lagu hidup, peranan Ibu lebih kentara diagungkan ketimbang peran Bapa kendati budayanya menganut sistem garis keturunan dari Bapa.
Mungkin juga hingga saat ini ya? Mengapa dapat saya katakan demikian karena untuk negara Indonesia yang mayoritas beragama Islam mengamalkan hadist yang tertulis : " Nabi SAW bersabda, “Apakah engkau memiliki Ibu?”, “Iya” “Menetaplah dengannya, karena sungguh surga di bawah kedua kakinya.”
Dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia, mungkin kamu pernah mendengar ungkapan berikut: "Surga ada dibawah telapak kaki Ibu". Bahkan untuk menegaskan kepercayaan terhadap ungkapan tersebut pernah muncul film karya anak bangsa yang berjudul " Surga di Telapak Kaki Ibu" pada tahun 2016. Apakah ini dapat dikatakan semacam penegasan bahwa Ibu mempunyai kemuliaan bak surga atau dapat dikatakan kasih Ibu adalah mulia ?
Kasih Bapa
Akhirnya pada tahun 2016, negara Indonesia mulai menyambut peringatan "Hari Ayah Nasional" tepatnya dirayakan kali pertama pada 12 November 2016 sebagai prakarsa dari Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP) saat para peserta "Lomba Menulis Surat untuk Ibu" pada Hari Ibu pada tahun 2014 menanyakan kapan penyelenggaran "Lomba Menulis Surat untuk Ayah" karena sosok Ayah juga bagian penting dalam keluarga. Hari Ayah Nasional di deklarasikan kali pertama di Surakarta oleh PPIP pada tanggal 12 November 2016. Begitu kisahnya.
Bila sosok Ayah juga menjadi bagian penting dalam kehidupan keluarag di bangsa Indonesia. Seperti Hari Ibu kerap diidentikkan dengan lagu "Kasih Ibu" hingga populer di kalangan anak-anak. Bagaimana pula dengan lagu untuk Ayah?
Sepanjang pengetahuan penulis, lagu Ayah yang cukup tenar hanya populer di kalangan orang dewasa. Sebut saja seperti lagu bertema Ayah yang sempat saya dengar saat remaja yakni karya Ebiet G. Ade yang mengisahkan pandangan seorang anak tentang seorang ayah dengan segala kelelahannya, bahkan hingga "nafas tersengal" namun masih tetap tabah menjalani kehidupan yang berjudul: "Titip Rindu Buat Ayah":
"Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan terpahat di keningmu
Kau nampak tua dan lelah
Keringat mengucur deras
Namun kau tetap tabah
Meski napasmu kadang tersengal
Memikul beban yang makin sarat
Kau tetap bertahan
Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
Kini kurus dan terbungkuk
Namun semangat tak pernah pudar
Meski langkahmu kadang gemetar
Kau tetap setia
Ayah, dalam hening sepi kurindu
Untuk menuai padi milik kita
Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan
Anakmu sekarang banyak menanggung beban
Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
Kini kurus dan terbungkuk
Namun semangat tak pernah pudar
Meski langkahmu kadang gemetar
Kau tetap setia "
Lirik yang cukup panjang dan sedikit haru tentang kisah ayah hal memberi kasih dan teladan berjuang secara detail. Bila dibandingkan dengan lirik kisah Ibu yang singkat tentang pemberian kasih juga namun diandaikan dengan sang surya. Karya lagu ini juga memuliakan kasih Ayah?
Jadi bagaimanakah kita menempatkan mana yang lebih mulia: Kasih Ibu atau Kasih Ayah? Sebelum merespon, sekali ini simak kisah berikut
Hormatilah Ayahmu dan Ibumu
Adapun, semenjak kecil saya menurut pengajaran kalau tidak mau dikatakan sebagai adat istiadat kami suku di Tana Toba dikenal dengan "Patik Palimahon".
Patik Palimahon artinya Hukum Kelima dari Sepuluh Hukum Taurat yang berbunyi:
"Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu"
Bahasa Batak Toba:"Ingkon pasangaphonmu do natorasmu asa martua ho, jala leleng mangolu di tano na nilehon ni Jahowa Debatam di ho "
Inilah perintah Tuhan yang wajib kami patuhi bukan hanya nasihat semata dari Bapa saya atau Mama saya. Pengertian saya hingga saat ini, baik Bapa maupun Ibu keduanya adalah mulia bagi saya. Kedua-duanya sama penting bagi kehidupan saya. penting untuk saya hormati sesuai perintah Tuhan.
Pengertian hormat kepada orang tua, sepanjang yang saya ketahui dan izinkan saya bagikan kepada sidang pembaca yaitu:
1. Mematuhi perintah dan menjalankan nasihat orang tua di dalam Tuhan. Artinya perintah dan nasihat yang di dalam Tuhan adalah yang tidak melanggar ketetapan dan perintah Tuhan.
2. Mengajarkan perintah dan nasihat orang tua kepada anak-anak dan keturunan kelak agar terpelihara perintah Tuhan dan Janji berkat-Nya juga hingga turun-temurun
3. Mematuhi perintah Tuhan seperti tidak memukul Ayah atau Ibu (Kel 21:15,17 ) , tidak boleh mengutuki Ayah dan Ibu kita (Im 20:9 ). Bila melanggar perintah Tuhan maka upahnya adalah maut.
4. Sedapat mungkin dengan segala kekuatan seorang anak memelihara orang tua mereka di masa senjanya sebagai wujud hormat dan terima kasih anak kepada orang tua. Sejalan dengan yang diungkapkan dalam catatan buku " Calvin's Commentary" terkait Hukum Kelima Taurat (Keluaran 20:12) yaitu:
"...that children should take care of their parents, and be ready and diligent in all their duties towards them. This kind of piety the Greeks call ἀντιπελαργία, (5) because storks supply food to their parents when they are feeble and worn out with old age, and are thus our instructors in gratitude. Hence the barbarity of those is all the more base and detestable, who either grudge or neglect to relieve the poverty of their parents, and to aid their necessities. "
Artinya: anak-anak harus memelihara orang tua mereka, dan siap dan rajin dalam semua kewajiban mereka terhadap orang tua.Kesalehan ini yang orang Yunani sebut Antipelargy, karena burung bangau menyuplai orang tua mereka ketika mereka telah menjadi lemah dan usang dengan usia tua, dan dengan demikian menjadi pengajar-pengajar kita dalam rasa terima kasih. Karena itu, sikap bar-bar dari mereka yang atau menggerutu atau mengabaikan untuk meringankan kemiskinan dari orang tua mereka dan membantu kebutuhan mereka, menjadi makin hina dan menjijikkan.
Kisah tentang timbal balik kasih sayang bangau muda kepada bangau tua ini, mengingatkan saya akan nasihat orang tua suku Batak Toba kepada anak dan borunya pada masa senja mereka seperti lagu "Uju Di Ngolukkon Ma Nian", lirik lagunya sebagai berikut:
"Hamu anakkon hu, tampuk ni pusu-pusu ki
Pasabar ma amang, pasabar ma boru
Laho pature-ture ahu
Nunga matua au, jala si togu-togu on i
Sulangan mangan ahu, siparidion ahu
Ala ni parsahiton hi
Reff.
So marlapatan marende, margondang, marembas hamu
Molo dung mate ahu
So marlapatan nauli na denggan patupaon mu
Molo dung mate ahu
Uju di ngolungkon ma nian
Tupa ma bahen angka na denggan
Asa tarida sasude holong ni roha mi mar natua-tua i"
( Artinya bila diterjemankan dalam bahasa Indonesia, kurang lebih begini:
"Hai anakku, buah hatiku
Bersabarlah anakku, bersabarlah putriku
Untuk merawat aku
Aku sudah tua, dan harus dituntun berjalan
Aku harus disuapi makan dan dimandikan
Karena penyakitkuReff.
Tak ada artinya walau kamu menyanyi, menabuh gendang, atau menari
Kalau aku sudah meninggal
Tak ada artinya yang baik yang kamu lakukan
Kalau aku sudah meninggal
Semasa hidupku lah semestinya
Kamu melakukan hal-hal yang baik
Supaya nyata kelihatan kasih sayang kalian terhadap orang tua")
Kalau berkenan saya mengajak semua yang masih mengaku sebagai anak dan masih ada orang tuanya, berbahagialah bila masih ada kesempatan untuk membalas kasih sayang orang tua dengan memelihara mereka di masa tuanya. Baik itu Bapa maupun Mama, kedua orang tua kita adalah sama mulianya. Dengan menghormati Bapa dan Mama, sesungguhnya saya sudah menyenangkan hati Tuhan dengan mematuhi perintah-NYA.
Amin.
Jakarta, 23 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H