Mohon tunggu...
EDROL
EDROL Mohon Tunggu... Administrasi - Petualang Kehidupan Yang Suka Menulis dan Motret

Penulis Lepas, Fotografer Amatir, Petualang Alam Bebas, Enjiner Mesin, Praktisi Asuransi. Cita-cita: #Papi Inspiratif# web:https://edrolnapitupulu.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Percaya Niscaya Kamu...

7 Desember 2016   16:06 Diperbarui: 7 Desember 2016   16:11 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Simbol Kepercayaan (sumber: www.beforeitsnews.com)

Tengoklah bagaimana bulan merindukan matahari

Rekamlah bagaimana bumi membutuhkan matahari

Matahari betapa energi materimu layaknya sumber kehidupan

Patutlah banyak manusia percaya kepadamu

Hingga pada tahapan memuja dan menyembahmu

Hingga muncul budaya percaya niscaya Matahari sama dengan tuhan

Gambaran budaya film Amerika

Ada pula yang memuja kekuatan bulan 

Mahluk yang menyerupai manusia dan serigala

Mahluk yang berhasrat mengejar darah dengan taringnya

Budaya Percaya Niscaya Kamu...

Kamu akan memujanya

Kamu akan menyembahnya

Entah itu hitungan jam -an atau hari-an

Percaya Niscaya Kamu 

Dimanakah Percaya

Apakah Niscaya

Siapakah Kamu

Sesuatu yang kadang hanya bahasa hati

Yang mampu mengiyakan

Namun bahasa lidah tak mampu ungkap

Kalau kamu mengangguk untuk pernyataan itu, maka kamu menjadi niscaya 

Kalau kamu menggeleng untuk pernyataan itu, maka kamu menjadi percaya

Baik mengangguk atau menggeleng gerakan kepalamu 

Percaya Niscaya Kamu ....

Kepercayaanmu menjadi keniscayaanmu

Namun keniscayaanmu belum dapat menjadi kepercayaanmu

Pada tahapan pengenalan ini, kamu pasti niscaya

Namun tahapan percayamu menjadi bentuk keniscayaanmu untuk mengerti 

Untuk mencapai keniscayaan, hukumnya kamu harus menyerahkan kepercayaanmu

Serahkan kepada pembentuk percaya itu sendiri

Siapa sang pembentuknya

Tanya ke dalam dasar lubuk hatimu

Jakarta, 7 Desember 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun