Tengoklah bagaimana bulan merindukan matahari
Rekamlah bagaimana bumi membutuhkan matahari
Matahari betapa energi materimu layaknya sumber kehidupan
Patutlah banyak manusia percaya kepadamu
Hingga pada tahapan memuja dan menyembahmu
Hingga muncul budaya percaya niscaya Matahari sama dengan tuhan
Gambaran budaya film Amerika
Ada pula yang memuja kekuatan bulanÂ
Mahluk yang menyerupai manusia dan serigala
Mahluk yang berhasrat mengejar darah dengan taringnya
Budaya Percaya Niscaya Kamu...
Kamu akan memujanya
Kamu akan menyembahnya
Entah itu hitungan jam -an atau hari-an
Percaya Niscaya KamuÂ
Dimanakah Percaya
Apakah Niscaya
Siapakah Kamu
Sesuatu yang kadang hanya bahasa hati
Yang mampu mengiyakan
Namun bahasa lidah tak mampu ungkap
Kalau kamu mengangguk untuk pernyataan itu, maka kamu menjadi niscayaÂ
Kalau kamu menggeleng untuk pernyataan itu, maka kamu menjadi percaya
Baik mengangguk atau menggeleng gerakan kepalamuÂ
Percaya Niscaya Kamu ....
Kepercayaanmu menjadi keniscayaanmu
Namun keniscayaanmu belum dapat menjadi kepercayaanmu
Pada tahapan pengenalan ini, kamu pasti niscaya
Namun tahapan percayamu menjadi bentuk keniscayaanmu untuk mengertiÂ
Untuk mencapai keniscayaan, hukumnya kamu harus menyerahkan kepercayaanmu
Serahkan kepada pembentuk percaya itu sendiri
Siapa sang pembentuknya
Tanya ke dalam dasar lubuk hatimu
Jakarta, 7 Desember 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H