Gambar 1 : penulis bersama ibu di tanah suci Makkah, 25 April 2011
Dalam waktu yang berputar
Dalam perjalanan diam yang gemuruh
Engkau mata air kehidupan
Segar, mengalir dan bermakna
Mungkin engkaupun jua adalah air mata
Bening, mengalir dan berpasrah
Perempuanku
Terus mengalir
Terus melangkah
Terus berzikir
Terus berjuang
Terus bersyukur
Terus berdoa
Terus mencinta
Terus merindu
Kuingat engkau perempuanku
Membayangkan dirimu dalam sepotong sejarah masa kecilku
Terlahir aku dari rahim keberanian
Terlahir aku dari doa, impian dan tangisan
Terlahir aku dari pucuk-pucuk harapan
Terlahir aku dari tepuk-tepuk kegembiraan
Terlahir aku dari perempuan penuh kebersahajaan
Sebagian sejarahku kau ukir perlahan
Ku temukan jalan cinta, ilmu dan kebijaksanaan
di persimpangan yang pernah kuragukan
kutemukanlah jalan keridhoan dan kasih sayang
Seperti namaku yang terukir ada dalam namamu dan nama kekasihmu
PerempuankuÂ
Tuhan mengirimkanmu dengan sekeping cinta, segudang kebijaksanaan
Genapnya perjalanan kita
Dalam perbincangan cinta, kehormatan dan keimanan
Aku merasa selalu hijauÂ
Hingga kusadar
Pada satu titik perjalanan kehidupan
Telah kutemukan akar kebahagian seorang perempuan
Dia menumbuhkan semua benih yang ada dalam dirinya
Untuk merawat segala yang tumbuh dalam dirinya
Seperti hutan dengan pohon, sungai dan kicau burung-burung
Engkau perempuanku
Telahkah genapkah kebahagiaanmu
Jum'at, 26 Mei
Selamat milad ke 60 tahun ibundaku
Parlemen
Nusantara V, Senayan Jakarta
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI