Mohon tunggu...
Edrida Pulungan
Edrida Pulungan Mohon Tunggu... Analis Kebijakan - penulis, penikmat travelling dan public speaker

Penulis lifestyle, film, sastra, ekonomi kreatif Perempuan ,Pemuda, Lingkungan dan Hubungan Luar Negeri Pendiri Lentera Pustaka Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Napak Tilas Perempuan Terakhir

29 Maret 2017   20:32 Diperbarui: 30 Maret 2017   05:00 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semalam di Tanjung Pinang.  Perempuan itu berlayar di kelopak sang waktu. Menjejak kan langkah perjalanan bernama rindu.

 terlohat senyum ramah masyarakat yang  santun berbudaya  di Kota gurindam oleh Raja Alihaji.  Terlahir banyak kearifan lokal 

perjalanan sejarah sastra nusantara juga terjejak dalam. Perempuan itu menikmati semilir angin malam dan menikmati pemandangn tepi pantai

disana ada cerita yang tersisa. Ada botol kecil yang terhanyut dan terdampar dibibir pantai. Dia segera mengambil botol itu yang penuh pasi dan ternyata ada 

surat di dalamnya dengan tulisan tangan bertali dan klasik. 

wahai para dara jagalah tutur kata

terpujilah pribadi akhlak mulia

berbakti pada orangtua

juga membaca kitab kalam ilahi

hingga kelak bermanfaat untuk keluarga

lihatlah matahari yang terbenam kala senja

lalu esoknya terbit menawan menyambut hari 

manusia dengan usia terhitung jari

namun tidak dengan amalan jariah,  ilmu dan kebijaksanaan

akan di bawa mati juga kebaikan budi

penuhilah diri dengan kebaikan hati

jagalah diri

jangan mudah tergoda

tersesat dan lupa diri

berlayar ke pulau seberang

menunggu angin laut dari selatan

carilah halalnya kehidupan

segala yang dimakan

segala yang dipakai

segala yang diucapkan

segala yang di tunaikan

hidup akan damai tentram penuh keberkahan

damai dan sejuk di jiwa

tiada dikejar bayangan 

Kegelisahan yang tak berkesudahan

hidup sebatas garis tangan

namun takdir kebaikan yang akan di perjuangkan

selepas nafas

selepas harapan

seluas impian

tanamlah kebaikan

Perempuan itu membacanya dengan hikmat. Senja telah tiba. Dengan hati-hati dia bawa botol itu, Esok dia akan berlayar. Menerima lamaran seorang lelaki bangsawan dari tanah seberang akan dibawakannnya cerita dari botol bertuah berisi pesan kebaikan. Mungkin hantaran membawa kesenenangan namun pesan dalam botol tersebut akan jadi nasihat pernikahan bagi mereka. 

Perempuan itu menghilang, Jejak kakinya menuju arah matahari terbenam

Tanjung Pinang, 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun