Mohon tunggu...
Edrida Pulungan
Edrida Pulungan Mohon Tunggu... Analis Kebijakan - penulis, penikmat travelling dan public speaker

Penulis lifestyle, film, sastra, ekonomi kreatif Perempuan ,Pemuda, Lingkungan dan Hubungan Luar Negeri Pendiri Lentera Pustaka Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ratu Tanpa Mahkota Cinta

5 Maret 2014   00:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:14 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1393927592896741564

Ratu Tanpa Mahkota Cinta

1

Aku telah lama meninggalkan istanamu

Istana tempatku menatap berwibawanya senyummu

Sang rajadengan tahta dan puja-puja wanita

2

Engkau Raja yang pernah mengayomiku dengan manisnya cinta

Laksana madu yang legit manis dirasa

Kasih sayangmu seluas samudera yang membentang

antara Samudera pasai dan Majapahit

semua rayu padu keluar dari lisanmu untuk mendapatkanku

4

Aku pergi kutinggalkan mahkota yang pernah kau beri

Aku telah lama diam bersanding denganmu bagai pajangan

Kini aku raih pelana dan berkelana jauh

Tak bisa kau kejar

Tak bisa kau tempuh

Mayong si kuda putih yang perkasa bersamaku

Saksi cinta, pualam jiwa yang pernah kau hadiahkan dulu

5

Entah sampai Engkau bertahan dalam hiruk pikuk kekuasaan

Mengayuh masa keemasan sendiri saja

Tanpa aku merasa ada disana

Dalam malam-malam panjang

Kau abaikan aku

berdialog dengan punggawamumengatur strategi perang

Kuasa, tahta, kuasa, wanita, kuasa, harta

Engkau dihibur penari istana bermata jeli menggoda

Lupakah engkau padaku perempuan berhati senja

Yang kau pinang saat purnama tiba

Dan kau lamar dengan 200 bongkah emas dan 5 kuda putih perkasa

6

Aku bertahan dengan setiaku

Menangis, miris,pedih, mengaduh, peluh, lumpuh, runtuh

meski aku merindu

Ku bunuh rinduku

Kubunuh rasaku

Engkau kini milik mereka yang memuja-muja

perempuan-perempuan muda yang gila harta

Kau memadunya di saat dipuncak kuasa

Aku menepi

Namun tegar bagai bunga karang

Aku ratu rakyat yang tak ingin kubuat gundah

Hanya karena masalah asmara

4

Meski gelisahku berpayung rindu

Berkalung semu dan membatu

Namun Aku tetaplah sang purna ratu meski tanpa mahkota cinta

Meski Kuingin bersamamu sehari saja

Menatap senja bersama

Mengenang sekian lama

Janji setiamu yang menggelegar terucap setelah senja

Saat semua dewa berpesta dan menyambut dua rasa menyatu dengan suka cita

Dan lihatlah aku kini tanpamu

Mataku yang penuh duka berubah bahagia

Dunia menyambutku dengan bait puisi senja

Balaraja, jelang senja maret 2014

[caption id="attachment_325841" align="aligncenter" width="300" caption="ilustrasi ratu tanpa mahkota doc wongalus.wordpress.com"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun