Mohon tunggu...
Edrick EmilioSam
Edrick EmilioSam Mohon Tunggu... Mahasiswa - seorang yang sedang berlatih

sedang berlatih

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

"Worth It" kah Belajar Piano bagi Masa Tua?

11 November 2021   04:52 Diperbarui: 11 November 2021   04:55 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan demikian, akan ada lebih banyak kendala bagi mereka yang berumur dibanding yang masih muda (misal masalah memori jangka pendek dan kesulitan mempelajari konsep musik). Namun, perlu diingat bahwa dua keterbatasan tersebut tidak selalu berjalan beriringan dan “while many people claim that their intelligence seems to decline as they age, research suggests that while fluid intelligence begins to decrease after adolescence, crystallized intelligence continues to increase throughout adulthood.”[4]  Maka dari itu, ada kemungkinan orang yang berumur menjalani pelatihan musik dengan tujuan yang berbeda seperti untuk creative aging, kesejahteraan, dan kualitas hidup. 

In its reliance on past experiences, crystallized intelligence also provides a link with the role that memory plays in music making experiences for older adults.”[5] Terdapat suatu penelitian dimana pengidap Alzheimer dapat mengingat lagu yang pernah didengarnya dulu. Ini disebabkan oleh teraktivasinya memori yang tersimpan dalam medial prefrontal cortex, dimana bagian otak ini merupakan salah satu yang terakhir terdampak oleh Alzheimer. Dalam penelitian lain, orang yang memiliki kerusakan pada lobus temporalnya sekalipun masih dapat menunjukkan reaksi emosi dari perbedaan melodi yang ada. 

Hasil dari sebuah studi eksperimental yang dilakukan oleh Bugos et al. (2007) menyatakan bahwa dalam mereka menguji “Individualized Piano Instruction” (IPI), keterampilan yang dilakukan berpotensi mengintegrasikan beberapa jaringan syaraf sehingga dapat mengurangi/mencegah penurunan kognitif akibat usia. Selain itu, efek ini dapat terjadi tidak hanya dalam bagian kognitif musik saja. Musik dalam penggunaannya sebagai alat terapi untuk korban dementia dapat berkontribusi dalam aspek bahasa, agitation levels, dan ingatan akan diri sendiri. 

Menurut ahli, mendengar musik juga baik untuk para orang yang telah berumur, sebab otak dewasa memiliki plastisitas yang cukup besar sehingga dapat sementara mengubah korteks pendengaran dan meningkatkan attentional processes bagi orang tua yang sehat/yang terjangkit dementia sekalipun. Dengan demikian, mendengar dan belajar musik diyakini memiliki koneksi positif dengan aktivitas otak, namun bagian otak spesifik mana yang terkena efeknya dapat berbeda tergantung banyak faktor (seperti merupakan sebuah rekaman/tidak, berlirik/tidak). 

Pengetahuan tentang instrumen dan musik juga mempengaruhi cara otak mendengar musik (misal gerak tubuh mengikuti alunan musik akibat teraktivasinya korteks motorik dan menebak kelanjutan dari musik yang ada berdasarkan pengalaman dengan lagu-lagu lain akibat teraktivasinya cerebellum).

Secara konklusif, tidak sia-sia bagi orang yang telah tua untuk mempelajari piano, termasuk bagi yang telah menekuninya sejak muda. Belajar musik dapat membuat otak mengambil alih bagian tertentu yang rusak saat mempelajari suatu hal dan nantinya memulai suatu proses belajar secara positif. Di luar segi kognisi, musik (secara aktif/pasif) dapat meningkatkan subjective wellbeing (berhubungan dengan kualitas hidup dan kebahagiaan). 

Ini bisa saja terjadi karena mendengarkan suatu lagu favorit yang berfungsi sebagai katarsis sehingga merasa lebih “bahagia”, terjalinnya koneksi sosial dengan pecinta musik sejenis, rasa bangga dapat menguasai suatu lagu, dll. Efek positif pada kognisi dan kesejahteraan untuk orang tua tergantung pada kualitas/kesuksesan dari aktivitas bermusik, terutama melalui kesenangan yang dirasakan. “This success depends on the learning situation, the didactics, and the communication of teacher and learner.”[6] 

Dengan demikian, dibutuhkan suatu geragory musik yang baik (bagi orang tua) sehingga dapat membimbing mereka belajar instrumen dengan efek meningkatkan kemampuan kognitif dan kesejahteraan (minimal mencegah pengurangan keduanya). Sebagai penutup, menurut penulis belajar piano itu worth it, namun pilihan tersebut kembali lagi terhadap penilaian masing-masing individu. 

Footnote:

[1] Adrian Hille dan Juergen Schupp, “How Learning a Musical Instrument Affects the Development of Skills” SOEPpaper No. 591 (September 2013), 3, https://ssrn.com/abstract=2338467 (diakses 10 November 2021).

[2] Richard L. Sprott, ed., Age, Learning Ability, and Intelligence (New York: Van Nostrand Reinhold Company, 1980), 47.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun