Mohon tunggu...
Edo Media
Edo Media Mohon Tunggu... Jurnalis -

Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Kalah Terus, PSSI Harusnya Malu

24 April 2015   09:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:44 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keputusan Menteri Pemuda dan Olah Raga Iman Nahrawi membekukan aktivitas pengurus dan kegiatan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) mayoritas di dukung publik. Sudah hampir 4 tahun silam hingga sekarang PSSI menjadi sumber kekecewaan publik pecinta bola di Tanah Air. Dari komentar yang saya sering baca di media sosial, ribuan netter memandang kinerja PSSI negatif, sejak kekalahan demi kekalahan timnas dalam berbagai ajang.

Keputusan pak menteri membekukan kegiatan PSSI dengan alasan pengurus mengabaikan tiga surat peringatan tertulis yang telah disampaikan sebelumnya. PSSI dinilai secara sah dan meyakinkan telah terbukti tidak mematuhi kebijakan Pemerintah melalui surat peringatan tersebut.

Menpora Iman Nahrawi sebelumnya telah melayangkan tiga surat peringatan dalam satu pekan terakhir kepada PSSI. Salah satu isi surat itu adalah memerintahkan Arema Indonesia dan Persebaya Surabaya untuk memenuhi permintaan Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI).

Pembekuan PSSI ini adalah bagian dari upaya pemerintah mereformasi total dan merubah citra dan "kekuasaan" kelompok tertentu di PSSI yang selama ini telah membuat sepak bola di Indonesia terpuruk. Kita tahu tokoh-tokoh yang selama ini duduk di kepengurusan PSSI telah gagal mengangkat prestasi sepak bola Indonesia dan mereka juga harusnya malu dan menyerahkan kepengurusannya pada sosok profesional di bidang manajerial olah raga atau minimal orang yang sudah malang melintang di dunia sepak bola.

Keputusan Menpora hanya bagian kecil dari persoalan besar yang harus dibenahi dalam tubuh internal PSSI selain memang harus merubah para pengelolanya yang telah gagal menjalankan amanah publik bola. Kasus Persebaya dan Arema yang dimintakan klarifikasinya oleh Badan Olah Raga Profesional Indonesia hanyalah bagian kecil itu.

Beberapa masalah besar yang harus dibenahi adalah masalah ketidakprofesional pengelolaan PSSI dalam menjamin dan melindungi pesepakbola nya. Banyak kejadian menimpa para pesebakbola mengalami keterlambatan gaji atau bahkan gaji tidak dibayar oleh klub. Bagaimana dia akan bermain secara maksimal dan profesional jika jerih payahnya justru menimbulkan masalah dalam kehidupan ekonomi pemainnya.

Belum lagi Cerita getir dan miris pemain asing yang merumput di Indonesia. Pernah terjadi pemain asal Rusia, Sergei Litvinov harus hidup menderita. Demi menyambung hidup, Litvinov berjualan jus lantaran belum digaji manajemen Persis Solo.

Nasib Litvinov masih lebih baik dibanding dua pemain asing lainnya, Salomon Begondou dan Diego Mendieta. Dua pemain itu meregang nyawa karena ditelantarkan manajemen tim. Sementara itu, pemain asal Prancis, Moukwelle Ebanga Silvain memiliki nasib lebih baik, namun dia kapok bermain di Indonesia

Pemain asal Paraguay, Diego Mendieta menghembuskan napas terakhir karena sakit pada 4 Desember 2012. Tidak memiliki biaya untuk berobat, Mendieta menyerah pada virus dan jamur yang menyerang telah menyerang otaknya. Gaji yang tidak dibayarkan manajemen Persis Solo membuat pemain 32 tahun itu hanya bisa berobat seadanya. Mendieta juga tidak bisa pulang ke Paraguay karena tidak memiliki ongkos.

Selama sakit, Mendieta berusaha mencari keadilan. Dia berusaha menemui pengurus klub, pengurus cabang PSSI menuntut haknya yang tertunggak selama 4 bulan ditambah sisa kontrak yang dibayarkan. Baru setelah Mendieta meninggal, manajemen Persis membayar gaji Mendieta dengan total keseluruhan mencapai Rp 131 juta.

Nasib serupa juga dialami pemain asing lainnya, Salomon Begondou. Pemain Persipro Probolinggo itu juga meninggal karena sakit. Lantaran tidak memiliki biaya berobat, pemain asal Kamerun itu terlunta-lunta di Indonesia. Begoundou meninggal di Indonesia pada 29 November 2013.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun