Mohon tunggu...
Edita Salsabila Budiantho
Edita Salsabila Budiantho Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi, Telkom University

Hallo semua perkenalkan saya Edita, dan saya merupakan mahasiswa dari jurusan Ilmu Komunikasi Telkom University, saya memiliki minat dan ketertarikan yang mendalam mengenai bidang jurnalistik dengan tema teknologi dan sosial budaya. Dan selain saya tertarik dengan pembahasan tema teknologi sosial budaya, saya juga tertarik tentang pembahasan fenomena-fenomena lainnya yang sedang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Tradisi Ketupat sebagai Simbol Persatuan dan Keberagaman dalam Momen Hari Raya Idul Fitri 1445 H

22 April 2024   14:32 Diperbarui: 22 April 2024   14:44 1135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cimahi -- Setiap tahun, datangnya hari Raya Idul Fitri disambut dengan antusiasme yang luar biasa oleh seluruh masyarakat Indonesia yang beragama islam maupun yang non islam. Di tengah kesibukan persiapan di hari raya, salah satu tradisi yang tetap dijaga oleh masyarakat yang akan merayakan hari Raya Idul Fitri adalah tradisi membuat dan memakan ketupat. (10/4/24) 

Ketupat merupakan makanan yang terbuat dari beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa, hal ini telah menjadi simbol keharmonisan dan kebersamaan di tengah-tengah perayaan hari Raya Idul Fitri. Tradisi memakan ketupat bukanlah hal yang asing bagi masyarakat Indonesia. 

Setiap tahun, di hari Raya Idul Fitri, keluarga-keluarga berkumpul untuk bersilaturahmi dan menikmati hidangan lebaran bersama. Ketupat bukan hanya sekedar hidangan lezat, melainkan salah satu simbol kebersamaan dan kesatuan yang mengakar kuat dalam budaya masyarakat Indonesia. 

Gambar asli dari Penulis
Gambar asli dari Penulis

Dalam sebuah wawancara dengan Ibu Mimin, seorang ibu rumah tangga di Kota Cimahi, Jawa Barat, beliau menjelaskan makna di balik tradisi dalam membuat dan memakan ketupat di hari Raya Idul Fitri.

"Ketupat bukan sekedar makanan, melainkan juga simbol persatuan dan kedamaian. Setiap tahun, kami sekeluarga merayakan hari raya Idul Fitri selalu membuat ketupat, rasanya kurang kalau hari raya ini tidak membuat ketupat, makanya kami sekeluarga bersama-sama membuat dan menikmati ketupat bersama". Ucap Ibu Mimin.

Meskipun tradisi memakan ketupat telah berlangsung secara turun-temurun, namun tradisi ini tetap terjaga kelestariannya hingga saat ini. Di era modern ini, tradisi ketupat tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Indonesia.

Di dalam momen yang bahagia ini, ketupat menjadi penanda kebersamaan dan persatuan di tengah-tengah perbedaan yang ada. Maka dari itu tradisi membuat dan memakan ketupat ini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari warisan budaya secara turun-temurun.

Tradisi memakan ketupat tidak hanya ada pada kota-kota besar, namun juga tersebar di pelosok desa di seluruh Indonesia, hal ini menjadi bukti bahwa tradisi ini meresap dalam kehidupan di masyarakat Indonesia. Dari pelosok desa di seluruh Indonesia dipenuhi dengan aroma harum ketupat yang merekah pada hari Raya Idul Fitri.

Hal ini mengingatkan setiap orang akan kehangatan dan kebersamaan yang melingkupi momen suci ini, serta menunjukkan betapa tradisi memakan ketupat telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas tradisi budaya Indonesia dengan beragam kekayaan tradisi lokal yang memikat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun