Mohon tunggu...
editan to
editan to Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mengelola Usaha Percetakan

memperluas cakrawala

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Libur Isa Almasih, untuk Siapa?

26 Mei 2022   10:45 Diperbarui: 26 Mei 2022   10:55 1054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengurus MUI Kota Payakumbuh itu menegaskan bahwa pemilihan Isa Almasih yang tercantum dalam libur kalender sebagai hal yang tepat dan tak boleh diubah. "Inilah arifnya orang dahulu yang menamakan hari libur itu dengan Isa Almasih, sehingga netral dan tidak masuk ke dalam ranah akidah," katanya.

Perbedaan atau boleh disebut kontroversi mengenai nama hari libur Isa Almasih makin mengemuka di tengah perkembangan syiar agama di berbagai kanal YouTube. Apologate Kristen mengatakan bahwa terdapat perbedaan yang hakiki antara Isa Almasih dan Yesus Kristus. Bahkan, dengan tegas mereka mengatakan nabi ke-24 Isa Almasih yang dimani umat Islam bukanlah Yesus Kristus.

Penjabaran para apolagate Kristen bahwa terdapat perbedaan mendasar antara kedua nama itu. Dibeberkan dari soal pemahaman waktu kelahiran yang jauh berbeda. Isa Almasih lahir dari sosok Maryam di bawah pohon kurma. Sebaliknya, Yesus lahir di kandang domba di Kota Betlehem, Yerusalem.

Apologate Kristen menolak adanya mujizat Yesus sudah bisa berbicara waktu masih bayi. Kemudian di masa anak-anak mampu mengubah tanah liat menjadi seekor burung, sebagaimana tercantum dalam Surat Ali Imran 3:49a.

Demikian pula mengenai kisah penyaliban Yesus yang saling bertolak belakang. Orang Kristen meyakini yang disalib adalah Yesus, mati, dan bangkit di hari ketiga. Kemudian diangkat ke surga. Jauh berbeda dengan Islam, yang disalibkan adalah sosok yang diserupakan dengan Isa Almasih.

Beda dogma itu tentu tidak akan menemukan titik temu. Ada perbedaan prinsip antara kedua belah pihak. Tentu, semuanya itu tidak bisa dipaksakan dalam satu kata pemahaman dan pengertian yang sama.

Demikian pula dalam kalender. Ada irisan kepentingan antara Islam dan Kristen. Umat Islam ingin mempertahankan hari libur itu dalam perspektif sesuai Alquran tentang Isa Almasih. Di sisi lain, umat Kristen dalam pemahaman itu terkait dengan perjalanan kemanusian Yesus Kristus.

Kemanusian dalam arti Ia meninggal di kayu salib pada Jumat Agung. Kemudian masuk dalam alam kematian, pada hari ketiga bangkit dari alam kubur atau yang dikenal sebagai Paskah. Kemudian 40 hari naik ke surga dalam dimensi ke-Allahan.

Aapakah kemudian umat Islam memperingati dan merayakan hari-hari yang disebutkan secara tegas sebagai Wafat Isa Almasih, Kebangkitan Isa Almasih (yang selalu hari minggu), dan Kenaikan Isa Almasih?

Dalam kasus ini, saya melihat banyak orang Kristen lebih memilih mengalah ketimbang memaksakan keyakinannya. Mereka dengan kedamaian tetap menerima penyebutan Isa Almasih, sesuatu yang mungkin saja tidak tercantum dalam Kitab Injil.

Sebenarnya, jika ingin ditarik tegas. Pemerintah memberi jatah libur untuk perayaan keamaan masing-masing. Hal itu sebagai perwujudan dari pengakuan negara atas agama dan Ketuhanan Yang Maha esa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun