libur nasional. Keterangan tanggal menyebutkan bahwa Kamis ini adalah hari Kenaikan Isa Almasih. Sedangkan di kalender yang dicetak orang Kristen/Katolik disebutkan Kenaikan Tuhan Yesus Kristus.
HARI ini 26 Mei 2022, kalender menunjuk angka merah. HariSebagai orang yang bergerak di bidang di percetakan, saya kerap mendapat pesan pembuatan kalender. Tentu, saya mengacu kepada keputusan pemerintah mengenai hari libur. Sebagaimana libur tahun 2022 ini berdasar Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokras.
SKB tiga menteri itu tertuang dalam Keputusan Nomor 963 Tahun 2021, Nomor 3 Tahun 2021, dan Nomor 4 Tahun 2021 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2022. SKB ini rutin sudah dipublikasikan di kuartal pertama untuk tahun berikutnya.
Pemerintah menggunakan kata Isa Almasih sebagai kata ganti Tuhan Yesus Kristus yang diimani umat Kristen/Katolik. Penentuan penyebutan Isa Almasih atau Yesus Kristus itu yang kerap menjadi perbicangan saya dengan pemesan.
Jika customer dari kalangan instansi pemerintah atau pelanggan non Kristen sudah pasti digunakan diksi Isa Almasih, sebaliknya bila perorangan atau kelembagaan yang dikelola Kristen/Katolik memesan kalenderk selalu diberi note agar tidak keliru mencetak dengan nama Yesus Kristus.
Sebagai orang yang butuh pekerjaan demi mesin cetak teap menggiling sehingga usaha berputar tentu saya maklum atas semua permintaan pelanggan itu. Namun, hal itu kadang membuat pertanyaan dalam diri bahkan itu keram menggelisahkan hati.
Saya membaca di suatu pemberitaan bantahan di Kementerian Agama. Saya kutip dari Media Indonesia, 10 Mei 2022. Cerita yang berkembang diceritakan ada kesepatan antara Menteri Agama Yaqut Cholil Quomas yang merespon keinginan para Uskup atau pimpinan umat Katolik Indonesia mengganti nama libur Wafat dan Kenaikan Isa Almasih menjadi Wafat dan Kenaikan Tuhan Yesus Kristus.
Konon kesepatan itu dibicarakan dalam pertemuan di Aula Catholic Center Keusukupan Amboina, 23 April 2022. Namun, Plt Dirjen Bimas Katolik A.M. Adiyarto Sumardjono justru  menegaskan bahwa tidak benar adanya kesepakatan tersebut.
Namun, Adiyarto mengakui ada aspirasi yang disampaikan dalam acara tersebut. Alias, usulan penggantian Isa Almasih dengan Yesus Kristus itu benar disampaikan secara lisan. Dalam berita tersebut tidak diceritakan apa respon Menag Gus Yaqut atas usulan tersebut.
Hal yang berkembang liar di publik adalah Gus Yaqut telah menyetujui pengubahan nama hari libur tersebut. Kita baca kemudian aksi penolakan di berbagai tempat. Hal itu, misalnya ditegaskan Direktur Al-Azhar Center Sumbar Buya H Hannan Putra Lc MA. Ia menyoroti pergantian itu akan merusak akidah Islam karena Yesus bukan Tuhan.
Buya Hannan mengutip dari Surat QS Al Maidah 72, "Sungguh, telah kafir orang-orang yang berkata, "Sesungguhnya Allah itu dialah Almasih putra Maryam." Padahal Almasih (sendiri) berkata, 'Wahai Bani Israil! Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu.' Sesungguhnya barang siapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu."
Pengurus MUI Kota Payakumbuh itu menegaskan bahwa pemilihan Isa Almasih yang tercantum dalam libur kalender sebagai hal yang tepat dan tak boleh diubah. "Inilah arifnya orang dahulu yang menamakan hari libur itu dengan Isa Almasih, sehingga netral dan tidak masuk ke dalam ranah akidah," katanya.
Perbedaan atau boleh disebut kontroversi mengenai nama hari libur Isa Almasih makin mengemuka di tengah perkembangan syiar agama di berbagai kanal YouTube. Apologate Kristen mengatakan bahwa terdapat perbedaan yang hakiki antara Isa Almasih dan Yesus Kristus. Bahkan, dengan tegas mereka mengatakan nabi ke-24 Isa Almasih yang dimani umat Islam bukanlah Yesus Kristus.
Penjabaran para apolagate Kristen bahwa terdapat perbedaan mendasar antara kedua nama itu. Dibeberkan dari soal pemahaman waktu kelahiran yang jauh berbeda. Isa Almasih lahir dari sosok Maryam di bawah pohon kurma. Sebaliknya, Yesus lahir di kandang domba di Kota Betlehem, Yerusalem.
Apologate Kristen menolak adanya mujizat Yesus sudah bisa berbicara waktu masih bayi. Kemudian di masa anak-anak mampu mengubah tanah liat menjadi seekor burung, sebagaimana tercantum dalam Surat Ali Imran 3:49a.
Demikian pula mengenai kisah penyaliban Yesus yang saling bertolak belakang. Orang Kristen meyakini yang disalib adalah Yesus, mati, dan bangkit di hari ketiga. Kemudian diangkat ke surga. Jauh berbeda dengan Islam, yang disalibkan adalah sosok yang diserupakan dengan Isa Almasih.
Beda dogma itu tentu tidak akan menemukan titik temu. Ada perbedaan prinsip antara kedua belah pihak. Tentu, semuanya itu tidak bisa dipaksakan dalam satu kata pemahaman dan pengertian yang sama.
Demikian pula dalam kalender. Ada irisan kepentingan antara Islam dan Kristen. Umat Islam ingin mempertahankan hari libur itu dalam perspektif sesuai Alquran tentang Isa Almasih. Di sisi lain, umat Kristen dalam pemahaman itu terkait dengan perjalanan kemanusian Yesus Kristus.
Kemanusian dalam arti Ia meninggal di kayu salib pada Jumat Agung. Kemudian masuk dalam alam kematian, pada hari ketiga bangkit dari alam kubur atau yang dikenal sebagai Paskah. Kemudian 40 hari naik ke surga dalam dimensi ke-Allahan.
Aapakah kemudian umat Islam memperingati dan merayakan hari-hari yang disebutkan secara tegas sebagai Wafat Isa Almasih, Kebangkitan Isa Almasih (yang selalu hari minggu), dan Kenaikan Isa Almasih?
Dalam kasus ini, saya melihat banyak orang Kristen lebih memilih mengalah ketimbang memaksakan keyakinannya. Mereka dengan kedamaian tetap menerima penyebutan Isa Almasih, sesuatu yang mungkin saja tidak tercantum dalam Kitab Injil.
Sebenarnya, jika ingin ditarik tegas. Pemerintah memberi jatah libur untuk perayaan keamaan masing-masing. Hal itu sebagai perwujudan dari pengakuan negara atas agama dan Ketuhanan Yang Maha esa.
Seharusnya, pemerintah bisa memberikan keistimewaan kepada masing-masing agama untuk mendapat pengakuan tentang hari-hari besar agama masing-masing dengan dicantumkan sesuai dengan kaidah keagamaan yang dianut.
Demikian pula dalam perjalanan sepanjang tahun keamaan dari tiap agama. Dalam hal ini, untuk agama Kristen, sebagai perjalanan dari kelahiran Yesus Kristus atau Natal, Wafat Yesus Kristus, Kebangkitan Yesus Kristus, hingga Kenaikan Yesus Kristus.
Jika rangkaian sakral keagamaan itu kemudian tercantum sesuatu yang beda dari hakikat pemahaman yang diimani karena hegemoni agama lain, tentu menjadi suatu hal yang pantas untuk direnungkan.
Di sisi lain, saat ini, orang tak begitu banyak butuh kalender dinding atau kalender di meja. Era sekarang kalender itu bisa dipasang di gawai masing-masing. Orang bisa menuliskan sesuai keyakinannya untuk memberi nama di tanggal hari libur.
Seperti hari ini, Anda bisa menuliskan Kenaikan Tuhan Yesus Kristus dan menjadi permenungan. Atau mencantumkannya sebagai Kenaikan Isa Almasih. Asalkan, Anda tidak menuliskannya hari libur dongeng sebagaimana Rocky Gerung menyebutkan Kitab Suci tak lebih sekadar fiksi semata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H