Pesawat tipe Boeng 737-500 produk 1984 dengan panjang 31 meter itu mengangkut 62 penumpang termasuk kru.
Usia pesawat yang memasuki 26 tahun dinilai banyak ahli tidak terkait dengan kemungkinan sebagai penyebab jatuh. Demikian pula dengan kemungkinan mesin pesawat mati. Jika mesin mati masih memungkinkan untuk melayang dan dikendalikan untuk mendarat darurat.
Namun, dengan tidak adanya panggilan darurat atau may day call kemungkinan insiden terjadinya musibah sangat cepat sehingga pilot tidak bisa berbuat apa pun.
Memang penurunan ketinggian pesawat dari 10.900 feet ke 250 feet hanya dalam 21 detik. Begitu cepatnya karena berarti 154.57 m/dtk atau 556,457 km/jam. Bandingkan mobil Formula I kecepatan tertinggi yang pernah ditorehkan adalah 360 km/jam.
Kita masih menunggu hasil investasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengenai penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air.
Apakah kemudian harus takut terbang dengan pesawat biru-merah? Tidak perlu takut. Bukankah semua takdir ada pada Yang Maha Kuasa. Bahkan, percaya ramalan itu berdosa? Tetaplah waspada dan hati-hati tetapi juga penuh pengharapan...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H