Mohon tunggu...
Edi Sembiring
Edi Sembiring Mohon Tunggu... -

tulisan kini diarsipkan di sebuah huma kecil,\r\nrumah tuannya, \r\nnamun merdeka di tanahnya ----\r\n\r\n\r\njejak-jejak meracau....\r\nwww.edisantana.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ingatan Perempuan Buta

9 Desember 2011   04:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:39 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelaki itu berpaling. Ia tersinggung dan bergegas menghampirinya.

"Apa yang kau maksud? Aku tak akan mengeluarkanmu dari ruangan ini sebelum mengaku!"

Lalu ia menarik meja besar itu dan menindih jempol kaki perempuan itu dengan salah satu kaki meja.

"Lebih dari ini akan kau terima. Ayo.. mengakulah. Di mana anakmu bersembunyi?"

Perempuan buta itu terdiam. Bibirnya terkatup menahan sakit. Ia tertunduk menggigil.

"Tak susah untuk membuktikan bahwa anakmu pelakunya. Semenjak pengusiran lapak-lapak liar, anakmu menjadi pemimpin para pedagang. Berulang kali terjadi hingga menyimpulkan tak cukup diusir, harus dibakar, hahahaha.... Aku sampaikan kabar ini padamu, kalaupun kau bersaksi kelak mana ada yang akan percaya pada ucapan perempuan yang buta. Seperti kau yang selalu tak bisa mengakui foto ini adalah anakmu karena kau tak bisa melihatnya."

"Tapi aku mengenal dan mengingat suaramu. Aku mampu bersaksi."

"Hah, ingatan orang buta sekabur pandangannya. Siapa yang bisa meruntuhkan kebenaran yang keluar dari mulutku? Karirku sudah menjadi kebenaran yang tak diragukan."

"Aku mengingat suaramu."

"Hahaha.... ingatanmu saat ini akan dikaburkan oleh sakitnya siksaan ini. Rasakanlah!" Tiba-tiba lelaki itu naik ke atas meja. Dan tubuh perempuan itu kian menggigil menahan sakit luar biasa. Giginya terkatup erat. Keringat dingin membasahi tubuhnya  Darah menggenang di sekitar telapak kakinya.

Wajah perempuan buta itu mencoba menengadah. Mukanya pucat. Matanya yang putih menatap tajam. Bibirnya bergetar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun