Turisme saat ini sepertinya telah mengarah kepada bagaimana pengunjung mendapatkan pengalaman langsung dari sebuah keunikan adat budaya tertentu. Secara sederhana kita dapat menyebut sedikit contoh seperti Bali dan Yogyakarta dengan keunikan budayanya sehingga menjadikannya sebuah nilai tambah tak ternilai untuk alasan pengunjung ingin terus pergi berkunjung.Â
Kemudian sedikit beranjak ke kota wisata dunia seperti Kyoto juga tetap bertahan sampai saat ini karena kentalnya  budaya Jepang yang dimilikinya. Terakhir Singapura dengan angka kunjungan turisme tingginya juga terus berupaya mempertahankan keunikan adat budaya kehidupan masyarakat asli yang ada dan menyatu dalam sebuah industri pariwisata secara keseluruhan demi memberikan keunikan pengalaman bagi seluruh pengunjung.
Keindahan alam sepertinya memerlukan pelengkap adat budaya untuk menjadi destinasi pusat kunjungan turisme dimasa datang. Kehidupan Masyarakat Melayu Rempang dengan adat istiadatnya yang ada yang jika dikemas secara kreatif dan inovatif tentu akan seperti oase ditengah keseragaman berbagai destinasi yang ada. Ia juga seperti nyawa bagi sebuah lokasi karena jejak panjang sejarah adat budaya yang berkelindan didalamnya yang membuat penasaran semua turis dimasa yang akan datang.Â
Maori dan Melayu Rempang adalah karunia entitas budaya yang ada dan tinggal bagaimana kita dapat melihat kembali untuk dapat dikemas dengan baik sesuai kebutuhan turisme tanpa saling menegasikan diantara keduanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H