Kita tinggalkan kelas yang diskusinya sangat hidup sebelumya. Kemudian aku mencoba untuk dapat berdiskusi lebih jauh lagi dengan perempuan yang ternyata juga seorang pewaris tradisi tenun songket Sambas. Ia lebih mengkhususkan dirinya kepada pewarna alam. Sebuah aktifitas yang baginya sangat menyenangkan dan selalu memberikan kejutan dalam setiap proses penciptaan warna benang kainnya. Ia mengatakan setiap jenis tumbuhan yang berbeda pasti juga akan memberikan kejutan warna yang tidak terduga.
 Perempuan yang pembawaannya tampak tenang tersebut memiliki sepasang anak yang semuanya telah menyelesaikan jenjang sarjana berkat ia menggeluti tradisi tenun Sambas yang telah memberikannya banyak belajar dan kesempatan-kesempatan untuk memajukan diri dan keluarga serta kaum perempuan sekitarnya. Meskipun ia hanya berkesempatan mengenyam pendidikan sekolah dasar tapi tidak menyurutkannya untuk menjadi seorang pembelajar dan ingin selalu berkarya lebih baik.
Ceritanya kemudian terus mengalir. Dikisahkan ia telah menggeluti tenun sejak kecil dengan mencuri -curi kesempatan untuk dapat merasakan dan memainkan alat-alat tenun milik ibu maupun tetangganya.Â
Benang-benang kain itu telah menariknya untuk dimainkan bagaimana selayaknya usia anak yang senang bermain. Tenunan-tenunan itu ditinggal sejenak dikarenakan emak dan tetangganya lagi sibuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga lainnya seperti memasak, mencuci,membersihkan rumah dan mengasuh anak.
Budiana kecil dengan kenakalan dan keingintahuan yang besar menyebabkan perlahan menguasai teknik pembuatan kain songket lunggi Sambas yang terkenal sampai ke mancanegara terutama Malaysia dan Brunei Darussalam.Â
Diperlukan kesungguhan hati dalam menyelesaikan satu karya kain yang indah karena perlu waktu, proses, ketelitian dan cita rasa seni yang ekstra. Oleh karena kemudian telah menjadi kesehariannya akhirnya pada suatu saat ia diberikan kepercayaan untuk menyelesaikan sebuah proyek kain tenun ditahun 1993 dan berlanjut sampai di hari ini.
Di tahun 2006 dan berlanjut beberapa tahun setelahnya sebuah lembaga bernama Gemawan telah memperkenalkan pewarna alam lebih  jauh kepada Budiana. Dengan pengetahuan yang didapat dari pelatihan di luar pulau telah meningkatkan kemampuannya dalam mengeksplorasi berbagai tanaman lokal yang ada untuk menjadi bahan baku pewarna benang katun dan sutra.Â
Upaya kerasnya belajar dan pendampingan dari lembaga pemerhati serta pemerintah daerah membuat akhirnya kreasi tenun benang emas berbahan pewarna alam diapresiasi PT Garuda Indonesia dan Cita Tenun Indonesia baik dalam hal kepastian pemasaran produk yang berkualitas maupun bantuan pelatihan.keterampilan yang mendekati kemauan pasar.
Dikisahkan dengan penuh semangat olehnya bahwa semua tumbuhan alam sekitar hampir semua bagian tumbuhan dapat dijadikan pewarna alam seperti dari dedaunan: ketapang dan bunga Kesumba.Â
Demikian juga batang pohon seperti ulin, nangka, mengkudu dan bakau bahkan sampai dengan kulit bawang merah. Disebabkan kesibukan dan terbatasnya waktu beberapa tumbuhan sekitar yang ada masih belum sempat di eksplorasi lebih jauh. Ditambahkan juga olehnya bahwa semua tumbuhan tersebut akan memberikan kejutan-kejutan warna yang tidak terduga sebelumnya.