Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Mati (14. Kota Dunia Tinggi)

30 Januari 2022   21:31 Diperbarui: 30 Januari 2022   21:37 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah pribadi dengan pictsart app

 "Kami telah memantaumu dan menunggumu sejak lama" suara pria didepanku tersebut agak mereda serta berusaha untuk menenangkan suasana,"Dewa dan Kemala saat ini sudah saatnya harus ditentukan" sambung raja kembali. Aku tidak habis fikir mengapa harus aku, dan pilihannya mengapa bukan Dewi dan kenapa harus Kemala. Rasanya aku mau lari saja dari ruangan eksekusi ini. Tapi aku mau lari kemana seolah ruangan semua sudah terkunci rapat. Sekaligus ini tempat yang sangat asing bagiku.

 " Terima saja, tiada hal yang harus dikhawatirkan jika nanti kau bersama Kemala" pinta Fithar seperti membujukku. Ia langsung bergabung diruangan kami disaat terdengar olehnya suara raja yang sangat emosional. Fikiranku terasa kacau dan tidak bisa memutuskan apapun ditengah situasi menekan seperti ini.

 "Dewa tidak harus menjawab sekarang, beristirahatlah dulu sejenak disini" pinta raja kepadaku. Senada dengan Fithar yang raja seperti mulai membujukku kembali. Kuakui memang yang saat ini aku sangat membutuhkan istirahat sejenak agar bisa berfikir jernih.

 Aku diminta meninggalkan meja makan untuk beristirahat. Kemudian diantar Fithar menuju salah satu kamar yang telah disiapkan sebelumnya. Sambil menuju lorong kamar untuk beristirahat. Aku setengah berteriak.

 "Udde, kenapa bisa ada disini?" Aku bisa pastikan yang lewat dikoridor tersebut adalah adik kandungku yang kutemui di tepi taman saat beristirahat sejenak menuju istana pagi tadi. Tetapi, ia hanya menoleh sejenak untuk kemudian berlalu dan menghilang tanpa jejak dilorong-lorong bangunan yang luas ini.

 Pintu kamar dibuka Fithar, ola laa...pemandangan dari dalam kamar ini sangat menakjubkan. Sebagian besar dindingnya adalah kaca selebar dinding dan sebagian menghadap samudra yang membiru. Sebagian lain menghadap kesisi pemandangan kota . Tampak liukan-liukan jalan yang berkontur turun naik. Semakin tampak jelas rumah putih bersih dengan kubah berbentuk bawang berwarna biru serta pohon-pohon peneduh kota yang sedang berbunga warna warni. Rasanya beban yang kufikirkan dan lelah fisik terasa sirna sementara melihat pemandangan yang menakjubkan itu.

 Sekali lagi. Pilihan yang diberikan sangat tidak masuk akal bagiku. Segera aku mendekati ranjang. Aku langsung merebahkan diri untuk sekalian merebahkan fikiranku yang tidak bisa kutahan lagi.

 Aku jatuh terlelap...entah untuk beberapa waktu yang akupun tidak menyadarinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun