Aku berusaha mencari jejakku kembali agar secapatnya dapat mencapai tambatan perahu motor kami. Aku juga harus mempersiapkan tenaga ekstra, jika harus mencari Kemala dan Dewi jika mereka masih belum berada disana. Dan terakhir rencanaku akan kembali menyusul ketempat Fithar yang masih mengobrol dengan pria misterius itu.
Â
Tetapi lagi dan lagi. Lututku terasa lepas dari sendi-sendinya. Saat kulihat Kemala, Dewi dan Fithar justru sudah menungguku sambil bersenda gurau diperahu motor yang tertambat.
Â
" Kami bergegas kembali, saat hujan turun,"seru Fithar dari tengah perahu, saat aku sudah berada dan berdiri dibibir sungai. Aku melangkahkan kakiku yang masih terasa gemetaran ke perahu motor. Fikiranku masih kalut. Kemala dan Amarilis Dewi hanya tersenyum-senyum kepadaku tanpa kumengerti maksudnya. Tapi sudahlah...mungkin yang kulihat tadi adalah kebetulan orang yang benar-benar mirip Fithar dugaanku dalam hati sekadar untuk menenangkan perasaanku.
Â
 Kemudian kulihat mereka satu persatu kembali
Â
"Apakah ada yang tertinggal?" tanya Dewi  yang  kembali mengambil posisi duduk didepan perahu motor.
Â
"Oh..ti..tidak" jawabku sedikit gugup karena masih syok dengan apa yang barusan kulihat dengan mata kepala sendiri..