Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Mati (7 Bertemu Keluarga Misterius)

30 Januari 2022   05:28 Diperbarui: 30 Januari 2022   05:29 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah pribadi dengan pictsart app

Dari pernyataan ketiga tamuku itu, semakin menambah keraguanku berbalik arah untuk kembali ketenda saat itu. Artinya kami tetap terus melanjutkan petualangan pada dinihari itu.

Tapi akan aku coba yakinkan sekali lagi, untuk memastikan apakah meneruskan perjalanan atau kembali. Terutama kepada Dewi yang mencium bau anyir terlebih dahulu. Tujuanku agar keputusan melanjutkan perjalanan tidak disesali kemudian hari.

"Bagaimana Dewi, apakah kita harus kembali atau meneruskan sesuai rencana kita untuk melihat penyu dan batu granit besar di Tanjung Dara" kataku tenang sambil menunggu jawaban cepat darinya . Fikirku jawaban yang keluar dari bibir Dewi akan menjadi kata kunci untukku mengambil keputusan berikutnya

Dewi menghentikan sejenak langkahnya. Kemudian menoleh kepadaku untuk menjelaskan.

         "Jika melihat saran keluarga yang kita temui barusan, seharusnya kita kembali. Tetapi agenda besok kita tidak disini lagi tetapi akan bermalam di jermal. Jadi ya seharusnya kita lanjut saja, Dewa." alasan Dewi meyakinkanku untuk kami tetap meneruskan petualangan bersama malam itu.

Meski dalam hatiku terasa berat untuk melanjutkan perjalanan malam ini sesuai rencana. Tetapi karena namanya saja untuk menyenangkan tamu yang  datang dari jauh, tambahan lagi aku kalah suara, sehingga terpaksa aku melanjutkan kembali perjalanan ini sesuai rencana yang telah disusun sebelumnya.

           10 menit perjalanan ke utara berlalu. Kami menjumpai sungai kecil, airnya sangat dangkal yang dalamnya hanya semata kaki. Tetapi air yang mengalir dari sumber air diatasnya terus mengalir kelaut. Terlihat sangat  jernih dan sangat dingin menyegarkan saat menyentuh kulit kaki.

           Tetapi. segera tubuhku disergap perasaan gemetar dan dadaku berdegup kencang. Dimanakah gerangan jejak-jejak kaki keluarga misterius setelah diseberang sungai dangkal ini? Aku membatin. Aku masih mencoba meyakinkan, apakah mereka menyusuri sungai kecil ini dari darat menuju ke bibir pantai?. Tetapi kondisi semak belukar diatas pantai dan alur air yang kecil ini tidak memungkinkan orang melalui jalur selain bibir pantai yang di lewati saat ini. Aku berdiri sebentar. Kuperhatikan kembali sejenak sekelilingku, apakah mereka menggunakan jalan lain di sekitar bibir pantai ini atau jalur semak semak lainnya didaratan pantaisana?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut mulai berkecamuk didalam kepalaku.

Kulihat-lihat lagi jalur-jalur yang kemungkinan dilewati oleh keluarga misterius tadi, tetapi saat ini dengan situasi kondisi air pasang laut besar. Aku memastikan jalur yang mereka lewati pasti akan persis sama seperti jalur yang saat ini kami lewati. Titik. Itulah kesimpulanku.

Aku kembali mencoba menoleh kebelakang, dan benar saja sekeluarga yang berjalan lebih lambat dari kami serta beriringan dengan 2 anak kecilnya seperti menghilang ditelan bumi. Tanpa kusadari bulu kudukku berdiri tanpa kendali. Terasa merinding menjalar keseluruh tubuhku tanpa bisa kucegah sedikitpun.

Sunyi sendiri melingkupi perasaanku saat itu. Hembusan dingin angin laut malah membuatku bertambah merinding. Sekelilingku terasa membeku. Kecuali deburan ombak pasang yang terus bergemuruh hebat menghempas pantai. Dilangit ada sepasang burung gagak hitam yang terbang kesana kemari diatas kami. Bunyi burung tarah papan tetap memainkan melodi ketukan demi ketukan secara konstan. Aku tidak berharap semuanya terasa membeku saat ini, karena pengalaman batin yang barusan saja kualami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun