Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Mati (7 Bertemu Keluarga Misterius)

30 Januari 2022   05:28 Diperbarui: 30 Januari 2022   05:29 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah pribadi dengan pictsart app

          "Bau anyir apa ini?, apakah ada bangkai ikan besar atau penyu yang mati terdampar?" Katanya dengan lugas tanpa beban.

Bagi kami anak kampung hal demikian sangat terlarang untuk dikatakan. Terutama disaat kondisi kita berada dialam bebas. Aku sedari kecil sudah diajarkan untuk menghormati  adanya kehidupan lain diluar, yang tidak bisa ditangkap oleh panca indra manusia. Termasuk mungkin apa yang baru saja tercium oleh hidungnya Dewi saat ini.

           Aku kembali merasa tidak nyaman dengan situasinya. Sangat berharap awan hitam yang menggelantung dibawah rembulan sebelumnya, agar segera bergeser untuk memberikan kesempatan kepadaku untuk melihat lebih jelas semua benda yang ada disekelilingku.

Sebelumnya aku memang ada mencium semerbak harum melati, sesaat terakhir kami baru saja beranjak dari titik lokasi tempat penyu berenang dan kemudian menghilang dari penglihatan. Aku menduga Kemala dan Dewi menggunakan parfum ekstra berlebihan selama di perjalanan  Karena jujur saja bau parfum melati yang membuat suasana hati tenang tersebut mulai sering menguar indra penciumanku sejak tiga tamu ini bertandang kerumahku.

           "Apakah kita akan berbalik arah untuk kembali ke tenda?" Pungkasku memecah kesunyian. Hal itu kukatakan seiring bulu kudukku terasa serempak bergidik tanpa diminta. Tubuhku juga terasa secara tiba-tiba memasuki hawa udara yang sangat dingin. Tawaran itu sengaja aku lontarkan untuk menghilangkan ketakutanku setelah bau anyir air laut yang sangat menyengat tiba-tiba menyergap kami. Meski yang pertama kali menciumnya adalah Dewi. Kemudian diikuti serentak oleh kami yang reflek menutup hidungnya masing-masing.

         "Kita seharusnya tidak kembali ke tenda" Fithar menjawab dengan cepat kemudian disambungnya kembali

"Kita masih penasaran melihat penyu Tempayan dan Belimbing yang ikonik pulau ini!. Rencana kembali ketenda tetap jam 2 subuh," kata Fithar mantap dengan panjang lebar.

"Sekarang pukul 12.15, artinya mungkin kita masih dapat melihat penyu-penyu yang fenomenal itu," ujar Kemala yang katanya seorang aktifis penyayang binatang dan sepertinya senada dengan Fithar agar jangan kembali ketenda saat itu.

Disepanjang perjalanan tadi, Kemala sempat menjelaskan bahwa penyu Tempayan adalah salah satu spesies penyu terbesar. Panjangnya bisa mencapai 2 meter dengan berat mencapai 4 ton. Warna karapas nya coklat kemerahan.Kepalanya besar dengan paruh mulut kelihatan bertumpuk-tumpuk. Seperti penjelasan dari seorang guru biologi yang sangat menguasai materinya.

Kemudian Kemala lanjut menerangkan. Sedangkan penyu Belimbing merupakan penyu dengan spesies besar karena ukuran panjang bisa mencapai 2,75 meter dengan berat mencapai 9 ton, cuman sayang bertelurnya setiap 2 atau 3 tahun sekali dengan jumlah telur hanya antara 60 sampai dengan 120 Butir.  Aku kagum dengan pengetahuan mereka yang luas tentang penyu yang ada kampung Keramat miliki.

         "Iya, aku masih ingin ke Tanjung Dara!" Dewi meraih tanganku, "terkenal dengan batu granit-granitnya yang besar. Jika dibawah sinar bulan akan tampak beberapa bagiannya berkilauan". Dewi kembali menambahkan penjelasannya seolah memohon untuk kami tetap meneruskan perjalanan malam itu. Meski kusadari dan diceritakan banyak oleh orang orang kampung, bahwa Tanjung Dara sebenarnya adalah rumahnya mahluk-mahluk yang tidak kasat mata. Tetapi informasi tersebut kupendam sedalam-dalamnya, hanya untuk diriku saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun