Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Catatan Perjalanan Sang Kapten (19.Tuan Bennet yang Malang)

27 Januari 2022   08:40 Diperbarui: 27 Januari 2022   08:47 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dibuat sendiri dengan canva app

Pada akhirnya aku diberitahukan bahwa mereka berdua hanya bisa meminum beberapa tenggak bir. Tetapi minuman tersebut sepertinya tidak dapat untuk mengatasi penyakit mereka yang terlihat sangat lemah.

Orang-orang asli Batavia sering menyampaikan gejala penyakit diatas adalah penyakit kutukan. Beberapa kolega Eropa di Batavia memberitahuku bahwa pil Kina dapat meredakan penyakit dengan gejala seperti yang kulihat saat ini. Gejala penyakit yang persis sama saat aku dirawat Mayang saat itu. Segera kuminta  Letnan Arthur yang mendampingiku untuk menginspeksi kondisi awak kapal lainnya dipagi yang masih terlihat gelap ini. Kemudian memintanya mengambil obat-obatan yang ada di dikamar petugas paramedis didekat kamar istirahatku.

" Setelah makan, segera minum obat ini dan lanjut istirahat" pintaku yang sama kepada Bronson dan Bennet  dengan serius, yang kebetulan posisinya saling berdekatan. Bronson yang tampak masih sangat aktif berkata

"Siap, Tuan Stewart" sambil tangannya dengan semangat memberikan hormat kepadaku. Tidak demikian dengan Bennet, masih tidak ada respon sama sekali. Responnya malahan seperti orang yang sedang meracau dengan bahasa-bahasa yang tidak kuketahui. Aku meminta Letnan Arthur untuk melaporkan setiap saat jika ada hal yang  diluar kendali. Kuperhatikan wajahnya sangat pucat dan keringat terus keluar. Diareal tubuh tertentu terutama bagian kening tampak keluar  keringat sebesar biji jagung  dengan keadaan tubuhnya yang masih menggigil kedinginan.

Melihat kondisi yang demikian parah, akhirnya aku meminta Bennet untuk segera di pindah keruangan yang dekat denganku. Hal tersebut kutujukan agar mudah memonitor perkembangan kesehatannya serta memberikan kenyamanan bagi serdadu lainnya untuk tetap fokus dan bersemangat menjalankan misi pelayaran.

Bennet kuperhatikan mengidap penyakit yang menakutkan bagi setiap orang dari bangsa Eropa tidak terkecuali Belanda yang telah datang lebih dulu. Tetapi juga termasuk bangsa Portugis dan Cina. Obat yang dapat meredamnya adalah Kina sehingga dalam perjalanan misi penting ini, sehingga menjadi daftar wajib obat yang harus tersedia.

Sinar cahaya pagi yang masuk dari sebelah kiri kapal terasa menghangatkan kulit. Bir kuteguk sedikit untuk melawan angin laut pagi yang terasa masih sejuk. Semua awak kapal kembali sibuk dengan tugasnya masing-masing. Letnan Arthur terlihat berdiri dihaluan kembali sambil memperhatikan samudra luas dengan seksama. 

Sejak melewati kepulauan Onrust praktis kami tidak menemukan lagi pulau-pulau untuk berlindung jika ada halangan cuaca yang menghadang perjalanan.

Terlihat sekelompok burung entah darimana terbang rendah menuju keselatan. Tampak mereka bekejar-kejaran saling mendahului. Jam pasir menunjukkan pukul 10. Artinya praktis 24 jam kami telah berlepas dari pelabuhan tersibuk di pulau Jawa. Matahari bersinar cerah dan terasa sangat hangat. Angin selatan sepertinya menambah dorongan untuk kapal ini melaju kencang.  Pasien Bennet kulihat tertidur pulas setelah meminum beberapa obat yang diberikan. Kuharapkan dia dapat memulihkan kesahatannya.

Di haluan, tiba-tiba Letnan Arthur terlihat panik. Tangannya berulangkali menunjuk ke arah utara,dimana arah tujuan kami berlayar sejak awal. Aku berusaha memfokuskan mataku dan segera meraih teropong untuk memastikan isyarat yang di tunjuk oleh pria yang merupakan pesaingku dalam urusan asmara itu.

Oh Tuhaaan! aku berseru seketika. Arah utara yang sedang kami tuju terlihat bibit awan hitam yang membumbung tinggi seluas mata memandang. Badai laut dan gelombang sangat tinggi dilautan tidak bisa  terelakkan lagi. Setiap pelaut yang berani membelah lautan berarti harus berani mengarungi badai yang ada di depan mata dimanapun dan kapanpun itu terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun