Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Catatan Perjalanan Sang Kapten (16. Asa Menggantung di Sambas Darussalam)

27 Januari 2022   05:09 Diperbarui: 27 Januari 2022   05:14 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kerajaan Sambas Darussalam yang hidup Islami sangat banyak membutuhkan ahli agama, untuk keperluan mensyiarkan lebih luas lagi tuntunan agama kepada rakyatnya.  Hal yang sebenarnya telah sejalan dengan situasi di Malaka. Karena dengan dikuasainya semenanjung Malaya oleh Portugis saat itu, kerajaan-kerajaan islam mengalami kemunduran termasuk didalamnya kerajaan Islam Pattani sehingga banyak ahli-ahli agama mencari tempat baru untuk bisa menjalankan ibadah dan mensyiarkan Islam dengan leluasa tanpa merasa terancam oleh penjajah kolonial. Kemudian, adanya penguasa-penguasa Eropa di Malaka-lah yang menyebabkan adanya gelombang besar migrasi ulama Pattani keluar dari daerahnya. Salah satu tujuan ulama-ulama itu adalah Kerajaan Sambas Darusalam di Borneo.

Ada satu mutiara terpendam saat ini di Kerajaan Sambas Darussalam.  Tercatat seorang bernama Ahmad Sambas. Sedari kecil ia sudah menampakkan bakat kecerdasannya dan selalu haus akan ilmu agama. Guru-guru mengaji agama terbaik telah ditemuinya untuk belajar termasuk ulama Kerajaan Sambas Darussalam. Diusia 18 tahun ia memberanikan diri merantau ke Mekkah melaksanakan haji sekaligus memperdalam ilmu agama di halaqah atau kelompok pengajian kecil dengan bimbingan langsung seorang guru.

Tetapi harus sangat diperhatikan. Ajaran-ajaran yang diajarkan oleh setiap alim ulama, kemudian akan dapat membawa kesadaran dimana setiap individu dan rakyat merasa ingin merdeka serta terbebas dari cengkraman penindasan. Ajaran didalamnya juga termasuk bagaimana cara mencintai tanah air dengan agama sebagai pondasinya. Ketidakadilan yang dilihat dalam kehidupan bermasyarakat dengan aturan-aturan barat telah melabrak tradisi agama yang akan dapat membuat ulama dan rakyat bergerak untuk melawan.

Setiap orang yang berhaji harus dicatat khusus oleh pengawas Belanda. Dengan waktu berlayar yang sangat lama, bahkan waktu yang diperlukan bisa setahun untuk pulang pergi menyebabkan banyak sekali ajaran agama yang akan diserap selama berlayar. Dapat dikatakan berhaji adalah kesempatan untuk mematangkan diri secara ilmu agama. Tetapi dalam pelayaran yang panjang tersebut, tidak ketinggalan pengetahuan dunia lainnya juga didiskusikan bebas oleh ulama-ulama tentang bagaimana upaya negeri-negeri Arab berusaha untuk memerdekan diri dari berbagai bentuk penindasan dan penjajahan bangsa Eropa. 

Banyaknya warga yang mempelajari agama dan berhaji telah membuka mata mereka bahwa kemerdekaan adalah segalanya, agar terbebas dari penindasan dan kesewenang-wenangan terutama dari orang yang mempunyai tuhan berbeda dengan yang disembah oleh raja dan rakyat Sambas Darussalam.

Tentu kekuatan pengetahuan yang didapat tersebut telah menabur benih nasionalisme dan inspirasi untuk melakukan hal yang sama di Hindia Belanda. Seperti upaya membebaskan rakyat dari penindasan dan penderitaan yang disebabkan oleh penjajah asing atau Eropa ditambah dengan budaya dan tuhan yang disembah juga berbeda.

Pada titik inilah peran Ahmad seorang yang kemudian menjadi guru kenamaan di tanah suci Mekkah dari kerajaan  Sambas Darussalam. Pemuda tersebut  akhirnya memilih untuk mengajar dan mengabdikan dirinya bagi murid-murid yang datang dari Hindia Belanda. Ilmu agamanya yang sangat luas sekaligus upaya-upayanya dalam menyadarkan manusia untuk berkehidupan yang bebas, tentu akan dapat menyemai benih-benih cinta tanah air kepada setiap murid dan orang yang datang belajar kepadanya.Tidak heran beberapa pemberontakan yang terjadi akhir-akhir ini selalu dimotori oleh alim ulama Hindia Belanda, yang sebelumnya ilmu yang mereka dapatkan dan pelajari selama ditanah suci Mekkah dari seorang bernama Tuan Guru Ahmad Sambas.

Sikap agamis masyarakatnyalah yang membuat Sambas Darussalam tidak mudah untuk dikuasai. Benih-benih ajaran cinta agama dan negeri, perasaan merdeka tanpa tekanan, taat pada Allah dan rasulnya serta berbakti pada raja adalah yang memperkuat Sambas Darussalam untuk mereka selalu dapat mempertahankan wilayahnya.  

Sebuah negeri yang setiap 5 waktunya terdengar kumandang azan menggema dimana saja ,seolah membangunkan kesiagaan penuh kepada rakyatnya. Untuk selalu bersiap menyembah dalam ritual agamanya tetapi juga sekaligus secara tidak sadar selalu menyadarkan akan ancaman pihak-pihak luar yang datang dari keinginan untuk menguasai dan mencengkram wilayahnya yang kaya dengan emasnya. Perasaan merdeka rakyatnya ternyata sangat menentukan kekuatan kerajaan. Alim ulama sepertinya tidak henti-hentinya menyerukan dan menguatkan masyarakat untuk mencintai tuhannya sekaligus mencintai negrinya. 

Tidak diragukan lagi banyak pihak luar yang sekuat tenaga untuk selalu terus mengambil alih kekuasaan karena sumber emasnya yang melimpah sehingga berbagai perang harus dilakukan Sambas Darussalam dalam rangka mempertahankan wilayah dari penjajahan apapun bentuknya.

Kesibukan menjelang hari keberangkatanku ke Borneo ternyata memberikanku sebuah kejutan besar dan membuatku sedikit bernafas lega. Setelah Arthur kubawa berlayar bersama misiku ke Borneo, ternyata Dirja teman pria Mayang satu-satunya di Batavia yang sangat dipercayainya telah pergi meninggalkannya ke tanah Deli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun