Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Catatan Perjalanan Sang Kapten (12.Negoisasi Calon Gundik)

26 Januari 2022   19:55 Diperbarui: 26 Januari 2022   19:57 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah pribadi dengan pictsart app

Saat tugas rumah ada yang harus diselesaikan sampai malam, Dirja lah kemudian yang setia menjemput Mayang. Dirja juga yang meminta khusus kepadaku untuk menjemput Mayang. Sebelumnya ia sangat percaya dengan Arthur tetapi setelah kejadian yang menimpa Mayang ia menjadi tidak percaya lagi dengan orang berkulit putih.

Sebelumnya Dirja juga telah dekat dengan Arthur, terkait dengan pertunjukan seni di Harmonie. Sejak itu menurut Mayang, terlihat mereka sering terlibat diskusi serius yang Mayang pun tidak mengetahui apa yang sebenarnya sedang mereka obrolkan.

"Dirja adalah teman sepermainanku sejak kecil,"ungkap Mayang disaat aku ingin tahu siapa Dirja lebih jauh. Kelihatan umur mereka sebaya, kedekatan mereka juga terlihat wajar-wajar saja. Mungkin juga telah tumbuh benih sayang diantara mereka baik terungkap maupun tidak.

Pada suatu kesempatan saat santai disore hari aku mendapat cerita dari Mayang tentang seorang Dirja sedikit lebih lengkap.

Dirja hidup dari satu tempat kerja paksa yang satu ke tempat kerja paksa lainnya, akibat ia harus menggantikan posisi ayahnya yang telah lama pergi merantau ke Sumatera meninggalkan Dirja yang beranjak remaja bersama ibunya. Tenaga mudanya sangat diperlukan, terutama saat pembangunan jalur kereta Anyer-Panarukan yang ditujukan untuk mengangkut tebu yang sangat laku keras diperdagangan antar bangsa. Kemudian ibunya Dirja menyusul ayahnya ke pulau Sumatera yang bekerja diperkebunan tebu di tanah Deli karena sudah tidak tahan lagi hidup ditengah gunjingan masyarakat. Ibunya selalu dikatakan bekas gundik yang tidak berguna yang ditinggal oleh  meneer[1] Belanda pulang ke Eropa, sampai anak laki-laki semata wayangnya juga turut dibawa serta. Diceritakan juga bahwa beberapa waktu ibunya saat itu sempat depresi berat, kemudian akhirnya bertemu ayah Dirja dan menikah.

 

Dirja kemudian menyibukkan diri dan terlibat aktif pada pembangunan jalan Raya Post yang membentang sejauh 1000 kilometer yang menghubungkan wilayah Anyer di ujung barat dan Panarukan di timur pulau Jawa. Pembangunan jalan yang sejatinya disumbang oleh darah dan keringat pilu pekerja pribumi. Dirja jugalah akhirnya yang menjadi saksi mata langsung saat ayah Mayang di mangsa dengan buas oleh harimau jawa karena tidak dapat berlari kencang dari pekerja-pekerja lainnya.

 

Dibeberapa titik pembangunan yang sulit dan ekstrim karena kondisi geografis, seperti dijalur Bogor-Sukabumi dan Cianjur telah menelan banyak korban nyawa pekerja pribumi, akibat medan yang bergunung-gunung ditambah bencana longsor yang kapan saja bisa menimbun apasaja dalam sesaat. Banyak teman sekerja Dirja yang tidak saja terserang berbagai penyakit karena kelelahan yang melewati batas, juga banyak diantara mereka yang tidak bisa menyelamatkan diri dari serangan binatang buas dan tidak hanya harimau tetapi juga beruang-beruang liar yang merasa hidupnya terganggu.

 

Dirja tampak seperti seorang laki-laki pribumi yang setia menunggu Mayang tanpa syarat. Teman bermain sejak kecil dan merasa senasib telah menguatkan rasa kebersamaan mereka.  Disisi lain kebutuhan Mayang akan keberlanjutan pengobatan ibunya ke dokter Eropa, sehingga terus memerlukan pinjaman uang yang membuat ia akhirnya tidak bisa mengelak untuk terus bekerja denganku.

 

Saat ini aku tidak berfikir lagi apakah Mayang bekerja atau tidak denganku. Hal terpenting adalah bagaimana membuat Mayang selalu berada disampingku setiap hari. Seiring kemampuan bahasaku yang semakin baik, tentunya memudahkanku untuk menjalin keintimanku bersama Mayang.

 

Sampai dengan hari kesepakatan ini yang sebenarnya sudah kutunggu sejak lama. Dan aku menyetujui saja syarat yang diajukannya. Saat Mayang mengajukan pinjaman uang lebih besar lagi demi mengobati ibunya yang sakit parah telah memuluskan semuanya.

 

Mayang mengiyakan keinginan terbesarku selama ini agar ia tinggal bersamaku, selayaknya  gundik lainnya dengan syarat ia tidak ingin mempunyai keturunan dariku. Bagiku alasannya  tidak seperti nyai atau gundik lain yang seolah berlomba melahirkan anak dari pasangan Eropanya.

 

" Anak yang nanti kulahirkan meskipun berkulit Eropa tetapi tetap saja mereka akan menjadi warga kelas dua,"alasan Mayang kepadaku. Tambahan lagi gadis cerdas itu banyak melihat disekelilingnya dimana anak-anak  campuran itu sering disebut sebagai keturunan anak haram dan biasanya akan ditinggal begitu saja jika si pria Eropa kembali kenegrinya.

 

"Cukup aku saja yang menanggung semuanya, Stewart!... tanpa harus melibatkan anak keturunanku dikemudian hari," ujar Mayang menjelaskan untuk lebih meyakinkanku.

 

***

 

Pada akhirnya juga kuketahui Arthur-lah dalang pembawa informasi yang aku telah melanggar etika kerajaan, berdasarkan informasi pejabat penting di Buitenzorg kepadaku. Diceritakan Arthur adalah dalang yang membuat laporan ke kerajaan Inggris di Batavia.

 

Tujuannya tidak lain adalah agar aku tidak menjalin hubungan lebih jauh dengan Mayang, karena ia juga menaruh hati dengan gadis manis itu. Harapannya lebih lanjut adalah karireku terhenti, sehingga dia dengan mudah dapat menyalip posisiku. Selanjutnya ia berharap dapat terpilih dan orang satu-satunya yang ditunjuk untuk memimpin misi-misi penting berikutnya karena kemampuan berbahasa Melayu-nya. Anak muda ambisius yang justru dapat menghancurkannya.

 

Tetapi bagiku yang terpenting saat ini adalah asalkan Mayang  tetap berada disisiku sampai saatnya nanti akan menjadi milikku seutuhnya. Bahkan tidak terbersit sedikitpun dibenakku untuk membalas tindakan konyol Arthur karena bagiku ia telah kuanggap seperti anakku sendiri yang saat ini sedang dimabuk cinta terhadap Mayang. Sebagaimana surat cintanya yang tercecer untuk Mayang saat itu. Kharisma yang dimilikinya telah digunakan secara sembrono demi mengejar kuasa yang membabi buta dengan cara yang tidak benar. Dan terakhir ia sangat ingin dilihat oleh penguasa Buitenzorg, dimana Arthur-lah seorang pemimpin potensial yang lurus dan layak diberikan jabatan bergengsi.

 

Dikarenakan misi ke Borneo sudah sangat dekat. Hal-hal penganggu tersebut kuabaikan termasuk liciknya Arthur yang ingin mendapatkan kuasa lebih cepat. Misi tetaplah misi yang memerlukan kesolidan tim yang mumpuni agar dapat menghadapi apapun situasi nantinya, termasuk diperlukannya personil dengan kemampuan khusus seperti Arthur yang sangat terbatas.

 

Banyak yang harus kupertimbangkan lebih jauh tentang seorang Arthur. Bukan saja karena kemampuan berbahasa Melayu nya yang mumpuni dan jarang dimiliki oleh Kerajaan Inggris. Jika dibanding dengan tenaga teknis kapal layar lainnya, dipastikan dapat dicarikan penggantinya dengan cepat. Saat ini hanya ada dua orang Inggris yang kemampuan bahasa Melayunya layak disebut sebagai penterjemah resmi kerajaan. Tetapi, hanya tertinggal Arthur saja yang ada di Batavia. Seorang ahli bahasa Melayu lainnya, beberapa minggu sebelumnya mendapat tugas berlayar ke pulau pusat rempah di Maluku, untuk kepergian yang bisa memakan waktu berbulan-bulan karena jauhnya jarak serta kondisi gelombang laut yang akhir-akhir ini sangat tinggi.

 

Tetapi alasannya kemudian menjadi tidak sesederhana itu. Perkenalanku dengan Arthur sebenarnya dimulai jauh sebelum perkenalanku di kapal layar yang membawa kami bersama ke Hindia Belanda. Arthur seperti yang diceritakan oleh Tuan Abbot salah satu petinggi militer Inggris kepadaku saat kami bersama mengadakan penyerangan di Tanjung Travalgar Spanyol Selatan.

 

Arthur adalah anak adopsi dari seorang Belanda dengan perempuan pribumi. Arthur,disaat masih balita dan telah fasih berbahasa Melayu dibawa kembali ke Belanda oleh ayahnya yang seorang petinggi VOC yang tugasnya telah digantikan oleh pejabat yang baru. Arthur sengaja dipisahkan oleh ayahnya dengan ibu pribumi yang saat itu masih tetap tinggal di Batavia.

 

Tetapi malang tak dapat ditolak, kapal layar yang ditumpangi mereka harus tenggelam oleh badai besar di perairan Malaka yang menewaskan hampir semua penumpangnya.  Arthur adalah seorang balita yang beruntung selamat karena terselamatkan oleh jerigen air kosong yang diikatkan oleh ayahnya sebelum semuanya tenggelam.

 

Saat itu, Arthur diselamatkan oleh Tuan Abbot yang saat itu sedang menuju Malaka dari Gujarat India untuk suatu tugas. Tentara Inggris baik hati itulah yang menyelamatkan dan langsung mengadopsi Arthur sebagai anaknya. Saat tugasnya berakhir di Malaka dan kembali ke Inggris, Arthur dibawa serta merta dan diberikannya pendidikan yang baik. Bakatnya terlihat menyenangi mempelajari berbagai bahasa. Kemudian dengan pengaruh Tuan Abbot, Arthur diberikan keleluasaan untuk berpraktek langsung dengan merekomendasikan Arthur muda yang masih bersemangat belajar tinggi dalam pelayaran-pelayaran ke negeri yang menjadi minat  bahasa yang ingin dikuasainya.

 

Tuan Abbot teman baikku yang berasal dari Manchester, dalam suatu misi pelayaran penting akhirnya meninggal karena suatu penyakit saat perjalanan pulang ke Bristol dari perang yang dimenangi Inggris secara gemilang di Trafalgar. Ia berpesan kepadaku untuk suatu saat membawa serta Arthur kembali ke Hindia Belanda.

 

Tidak ada yang kebetulan didunia sampai saatnya dikapal menuju Batavia aku bertemu Arthur, seorang yang kuanggap yatim piatu dan harus kujaga seperti anakku sendiri seperti pesan Abbot sebelumnya. Seorang pemuda cemerlang sekaligus pemuda yang malang karena sejak kecil telah dipisahkan hidupnya dari ibunya, dan akhirnya yatim piatu.  Seorang yang mencari perhatian ditengah kekosongan jiwanya selama ini. Dalam hatiku aku berjanji untuk terus menempanya menjadi seorang kebanggaan angkatan laut Inggris kemudian hari. Tidak ada kata terlambat.

 

Saat ini aku harus bisa membedakan sikap yang melibatkan perasaan dan profesionalitas dalam pekerjaan. Karena hanya ada satu hal saja yang membuatku kecewa akan sikapnya yang culas, saat dia secara berani melaporkanku ke kerajaan Inggris di Buitenzorg langsung dan disaat yang sama prilakunya juga tidak lebih baik. Tetapi untuk diluar urusan asmara itu, semua pekerjaan telah dapat dikerjakannya secara cepat, rapi dan memuaskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun