Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kepak Sayap Rindu dari Zamboanga Del Norte

24 Januari 2022   20:54 Diperbarui: 24 Januari 2022   21:02 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah dari Canva app

Ada ritual khusus Nyonya sebelum kami berbelanja bersama yaitu ia akan memastikan bahwa aku telah menutupi hampir seluruh tubuhku. Terutama bagian badan yang tampak luka dan lebam. 

Disaat kesempatan Nyonya berbelanja itulah fikiranku kadang melayang untuk melarikan diri. Tetapi akan melarikan diri kemana? karena selain tidak mempunyai uang sepeserpun, kemudian juga aku tidak mengetahui seluk beluk kota negeri jiran yang kutingggali ini. Dalam berbagai kesempatan tersebut secara tidak sengaja aku bertemu dengan seorang pemuda penjaga toko  yang kerap memperhatikanku yang terlihat ganjil olehnya. 

Sebaliknya aku memang telah diwanti-wanti oleh Nyonya untuk tidak berkomunikasi dengan orang asing siapapun itu. Aku diancam akan diberikan pekerjaan yang lebih berat lagi dari biasanya jika berani melanggar aturan itu. Aku sangat takut sekali.

Sehingga pada waktunya, disaat aku menunggu Nyonya yang sedang memilih barang belanjaannya, seorang penjaga toko yang selalu memperhatikanku datang mendekat dan langsung menanyakan keadaanku.

“Saudari lagi ada masalah?” lelaki yang akhirnya kuketahui namanya Dirman itu menyapaku terlebih dahulu sambil matanya tetap memperhatikan majikanku  yang sedang sibuk memilih dan memasukkan barang barang belanjaan didalam keranjang. Aku hanya bisa mengangguk saja untuk menyatakan bahwa dugaannya adalah benar.

Ingin sekali rasanya aku segera dibawa lari meski aku tidak tahu siapa orang itu. Tapi sekali lagi aku memberanikan diri karena sudah beberapa kali bertemu Dirman yang menyapaku itu di beberapa kesempatan sebelumnya. 

Dari pembicaraan sembunyi-sembunyi itu, ternyata kami berasal dari satu daerah kabupaten yang sama.  Karena melihatku seperti menggigil kedinginan, ia segera memberikan aku obat sakit dari sakunya yang mungkin telah dipersiapkannya sebelumnya.

Pada waktu pertemuan berikutnya. Kuniatkan untuk memberanikan diri menyapanya langsung. Ia ternyata iba melihat kondisiku dan sepertinya telah mengetahui bahwa aku dalam tekanan dan masalah besar bekerja dirumah majikanku tersebut. Ia memberikan saran untuk lari pada kesempatan keluar berbelanja bersama berikutnya dan ia siap membantuku.  

Setelah itu aku tidak memikirkan hal lain kecuali hanya bagaimana bisa keluar dari rumah yang membuatku hampir-hampir tidak mengenal diriku lagi. Tetapi sekali lagi mungkin doa kedua orang tuaku siang malam yang selalu berusaha memintakan kesalamatan kepadaku sehingga aku kuat berdiri dan menghadapinya sampai dengan saat ini.

Kesempatan yang kutunggu-tunggu itu akhirnya datang.  Aku berusaha sekuat tenaga untuk bersikap biasa saja dan senormal mungkin. Tidak ada yang kubawa kecuali pakaian yang kukenakan saat itu. Ternyata Dirman telah menunggku dan menyiapkan segalanya. Segera saja Nyonya  masuk toko dan sibuk memilih barang belanjaan yang diinginkannya,  kami segera bergegas keluar toko dan menyetop sebuak taksi yang membawa kami kesuatu tempat. Perjalanan tampak berliku dan mengarah keluar kota lebih kurang satu setengah jam. Segera setelah sampai kerumah penitipan sementara yang merupakan seorang kenalan Dirman dan menjelaskan kondisiku yang sebenarnya, Dirman segera izin pamit kembali.

Ditempat penampungan sementara ini awalnya aku merasa telah terbebas dari semua kesengsaraan. Tetapi perasaanku tetap was-was dan tidak tenang. Aku merasa masih dicari-cari oleh majikanku. Ditambah lagi Saat ini aku tidak beridentitas sama sekali karena sejak hari pertama bekerja dirumah majikanku itu, pasporku langsung ditahan sebagai jaminan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun