Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kepak Sayap Rindu dari Zamboanga Del Norte

24 Januari 2022   20:54 Diperbarui: 24 Januari 2022   21:02 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah dari Canva app

Banyak luka memar bahkan luka berdarah dibeberapa bagian kepala karena terasa rambutku terasa lengket saat akan disisir. Hal itu diakibatkan karena kepalaku sering dibenturkan ke dinding disaat mereka kesal karena kemauannya tidak dapat cepat kuselesaikan.

Tidak cukup sampai disana, karena seluruh anggota keluarga sudah mulai semakin berani menggunakan alat apa saja yang ada didekat mereka untuk membuatku sakit dan terluka. 

Sering aku tersungkur karena tidak sanggup menahan pukulan,dorongan, atau dijambak.Bahkan diludahi terasa sudah menjadi makanan sehari-hari. Disaat-saat seperti itulah aku kembali mengingat pesan kakakku untuk selalu kuat dan sabar disaat perpisahan terakhir yang keberadaannya di negeri tetangga saat ini juga tidak kuketahui.  

Telah sampai bulan kedua aku bekerja sebagai pembantu rumah tangga di luar negeri. Aku tetap bersemangat menunggu kedatangan hari-hari untuk menunggu rapel gaji bulan pertama dan kedua. Rencananya uang itu akan segera kukirim kepada emak sebagai tanda aku telah sukses dirantau. Tetapi majikanku seperti tidak mengetahui akan kewajibannya. 

Malahan pekerjaan seperti bertambah banyak ditumpukan kepadaku. Semua pekerjaan harus diselesaikan dalam waktu yang cepat, bersih serta rapi. Tetapi sekali lagi semuanya tidak terpenuhi sempurna dikarenakan kelelahan akut yang mendera tubuh dan jiwaku.

Waktu terus berlalu...

Tetapi karena azamku terlalu kuat untuk membahagiakan orangtuaku sehingga aku masih kuat bertahan sampai bulan keenam untuk bekerja keras tanpa gaji sepeserpun. Badanku sudah terasa sangat ringkih. 

Tidak jarang aku demam menggigil tetapi tetap saja diminta bekerja keras tanpa jeda hingga beberapa kali aku tidak sadarkan diri disaat menyelesaikan pekerjaan. Disaat tergeletak tak sadarkan diri itulah, justru siraman air akan segera membasahi sekujur tubuhku. Ditengah aku kedinginan dan menggigil tersebut terdengar samar ditelingaku mereka masih saja mencerca dan meludahiku.

Terkadang tanpa sadar aku menangis haru disaat tidur. Tetapi aku berjanji dalam hati dan bertekad memastikan diri agar tidak menumpahkan setetes air mata didepan majikan disaat bekerja. Meskipun deraan rasa sakit fisik dan tekanan perasaan yang kuterima kadang rasanya tidak mampu kutanggung demi memperjuangkan hidup keluarga yang lebih baik.

Pada saat terpuruk aku hanya ingin membayangkan wajah emak dan ayah. Itu salah satu caraku untuk bertahan. Ingin rasanya untuk pergi melarikan diri, tetapi semua pintu terkunci rapat dengan pagar sekililing rumah yang sangat tinggi. Tambahan lagi, akan selalu  ada orang yang mengawasi aku bekerja.

Hanya ada satu momen aku dapat keluar rumah yaitu saat aku diminta menemani Nyonya berbelanja sesekali kebutuhan mendesak rumah tangga ditoko serba ada. Tugasku adalah membawakan semua belanjaan yang begitu banyaknya. Terkadang aku merasa tidak kuat membawa beban belanjaan hanya dengan berjalan kaki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun