Wajar, karena denahnya memang dibuat sangat simetris, kemudian bahan beban yang dibangun terbilang ringan. Sehingga tempat tinggal suku Besemah itu bisa selalu beradaptasi menghadapi cuaca dan bencana yang secara berkala kerap mengancam.
Ada satu ciri khas yang menarik dari rumah Baghi. Saat kita bertandang masuk, rumah yang memiliki dua lantai itu seolah tak memiiki kamar.
Pasalnya, ruangan yang ditampilkan ketika membuka pintu di lantai atas seolah tanpa sekat. Lapang dan cukup mumpuni sebagai tempat untuk kumpul keluarga besar dan tetangga saat mengadakan hajatan.
Pintu masuk rumah kerap dibuat kurang lebih berukuran 63 cm x 165 cm. Cukup lebar, terbuat dari papan yang sangat tebal dan kuat. Sosok pintu rumah Baghi biasanya lebih rendah sementara dudukan pintu lebih tinggi dari lantai. Makaya orang yang ingin masuk mesti menundukan kepala terlebih dahulu.
Tentu tak sekedar asal buat. Palang pintu yang ada diciptakan atas dasar filosofi dalam kesantunan. Maksudnya, memiliki makna bahwa seseorang yang ingin bertamu diminta untuk menghormati sang pemilik rumah.
Sementara di bawah, biasanya diperuntukan untuk menyimpan kayu bakar. Karena rumah panggung, tentu ada tangga yang berfungsi sebagai jalur ke luar dan masuk si empunya rumah. Uniknya, si pemilik selalu membuat beberapa anak tangga dengan jumlah ganjil.
Adapun dibuat bertingkat karena untuk menghindari binatang buas. Dulu, perkampungan yang jumlahnya masih sedikit itu dikelilingi oleh hutan belantara. Sepi dan rawan dikunjungi hewan-hewan liar.
Kemudian, pada papan-papan tebal pada sisi luar rumah Baghi ada banyak ukiran yang menghias. Menjadikan rumah tradisional khas Besemah ini nampak artistik. Ternyata tak sekedar memiliki fungsi agar sedap dipandang. Ukiran-ukiran di rumah Baghi yang berumur ratusan tahun itu punya makna khusus. Elemen estetika yang menyimbolkan hubungan antara manusia dengan alam. Kemudian guratannya memiliki cerita falsafah hidup.
Biasanya hiasan ukirannya banyak menampilkan tema alam. Beberapa diantaranata ada ukiran motif bunga dalam posisi vertikal. Seni ukir motif bunga tersebut merupakan bentuk pengharapan bahwa rezeki sang pemilik rumah itu akan terus bertambah.
Sementara motif daun pakis memiliki makna kemakmuran bagi anggota keluarga besar suku Besemah sebagai rumpun melayu. Adalagi ukiran yang berbentuk lingkaran menyimbolkan persatuan yang kuat bersama tetangga lainnya.
Dari sana kita bisa mengambil kesimpulan bahwa sejak jaman dulu, orang-orang suku Besemah sudah memiliki jiwa seni yang tinggi. Dan, tidak hanya itu saja, mereka menciptakan pahatan-pahatan yang ditampilkan lewat seni ukir tersebut sebagai media menyampaikan pesan, sekaligus sarana untuk berdoa dan menggantungkan harapan.