Makanya, untuk menebus kesalahan dan dosanya itu Serunting bermanuver dengan mengubah Bukit Serut yang sebelumnya gundul, disulap olehnya menjadi hutan kayu yang rimbun. Perubahan itu tentu membuat masyarakat menjadi gembira.
Semua orang asli Pagar Alam sudah tahu. Kesaktiannya itu kesohor dan kisahnya mewarisi cerita folkor dari generasi ke generasi. Bejibun arca dan bebatuan yang tersebar di pelosok kota Pagar Alam menjadi hiasan benda yang telah membalut cerita rakyat itu menjadi lebih menarik. Legenda Si Pahit Lidah menjadi dongeng sebelum tidur sekaligus riwayat konservatif dalam warisan budaya turun temurun.
Lakon tokoh dalam rawi itu banyak yang percaya, akan tapi tak sedikit masyarakat yang menganggapnya sebuah mitos saja. Namun demikian, terlepas dari semua itu, kisah-kisah yang selalu membuat polemik seperti ini memang mesti terus dimunculkan. Agar anak - anak muda jaman kiwari lebih memperhatikan lagi potensi kearifal lokal yang luar biasa ini.
Lainnya, orang di luar Pagar Alam juga aka menjadi penasaran sehingga mereka antusias untuk mengetahui lebi lanjut soal sejarah yang menyelimuti. Ujung - ujungnya, para pelancong banyak yang bakal beranjangsana untuk menelusuri wisata sejarah di kota Pagar Alam. Karena mereka tertarik untuk bisa langsung tahu semuanya.
Perkampungan rumah adat Pelang Kenidai belokasi di Kecamatan Dempo Tengah. Tak jauh dari pusat kota, hanya 10 km saja untuk bisa sampai di titik paling bersejarah itu. Menuju ke Pelang Kenidai kondisi lintasannya cukup mumpuni.
Aksesnya sudah nyaman dengan jalan beraspal yang memiliki lebar 4-6 meter. Siap-siap terbelalak, karena saat langkah pertama kaki menginjak bumi Pelang Kenidai, pengunjung seolah diajak untuk masuk ke dalam masa lampau.
Mengikuti budaya dan adat yang tetap dipertahankannya sampai saat ini. Makanya, daya tarik dusun mengagumkan ini terus memincut para wisatawan lokal dan asing.
Ya, tak hanya dikunjungi oleh pelancong dari berbagai kota di Indonesia saja, orang jauh dari manca negara juga terpikat dengan dusun yang masih terjaga nilai-nilai budayanya.
Dulu, suku yang mendiami perkampungan ini bernama Besemah. Suku yang juga tersebar ke seantero Pagar Alam, Lahat bahkan sampai Muara Enim. Besemah sendiri juga merupakan kependekan dari bersih, sejuk, aman dan ramah. Kepanjangan itu sekaligus dijadikan moto andalan oleh pemerintah daerah.
Namun kalau merujuk dari secara etimologi, Besemah berasal dari kata 'Be semah ' yang merupakan nama ikan. Yaitu ikan Semah yang masih satu kerabat dengan ikan Mas.
Dalam kisah dari nenek moyang, ikan Semah yang dimaksud itu tanpa sengaja masuk ke dalam bakul milik Puteri Kenantan Buwih (istri Atung Bungsu). Peristiwa itu terjadi ketika sang Putri turun ke sungai melakukan aktvitas membasuh beras. Bakul berisi ikan Semah itu pun dibawa pulang ke rumah.