Mohon tunggu...
Edgar Pontoh
Edgar Pontoh Mohon Tunggu... Freelancer - Hominum

In search of meaning

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Candu Digital dan Dilema Sosialnya

7 Januari 2021   22:09 Diperbarui: 8 Januari 2021   05:19 1062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Picture by @GabrielsNotes. Quote by @Nava

Menurut artikel ilmiah yang dipublikasikan dalam Frontiers in Behavioral Neuroscience berjudul The Rewarding Nature of Social Interactions, aktifitas sosial seperti melihat sesuatu yang indah atau ekspresi perasaan yang positif, medapatkan reputasi sosial, cinta atau kasih sayang akan mengaktifkan bagian otak yang memproduksi hormon-hormon tadi. Ini terjadi untuk menstimulasi mamalia agar tetap bertahan hidup dengan beraktifitas sosial, dan membuat keturunan (bagian alami dari proses bertahan hidupnya suatu genetik).

Facebook dan media sosial lain adalah tiruan dari kehidupan sosial yang sebenarnya. Malah, dalam dunia tiruan ini, kita bisa membuatnya menjadi lingkungan yang hanya berisi hal-hal yang kita sukai. Teman-teman yang sependapat dengan kita, orang-orang yang peduli pada kita, grup yang mencerminkan visi kita terhadap dunia, atau sesederhana halaman yang berisi foto dan video hewan lucu. Dan ketika segala yang ada di Facebook menjadi stimuli yang positif untuk kita, kita mulai menjadi kecanduan.

Berarti, Facebook menjadi candu karena personalisasi kita sendiri?

Ada faktor lain.

Kepuasan Instan

Facebook, seperti kebanyakan media sosial lainnya, adalah media sosial yang berbasis kepada konten yang dihasilkan penggunanya (user-generated content). Artinya, Facebook bisa hidup karena ada penggunanya yang selalu memberikan konten (post, foto, video, stories, komentar, atau reaction). 

Bayangkan, suatu hari, semua pengguna Facebook tidak menggunakan Facebook lagi. Orang tidak akan lagi mengupload konten apapun, para pengiklan di Facebook akan menarik diri karena tidak ada lagi target konsumen, nilai sahamnya akan jatuh dan seperti nasib BBM atau Path yang tidak lagi ada penggunanya, Facebook bisa tutup selamanya.

Tidak ada perusahaan di dunia yang menginginkan ini terjadi. 

Facebook kemudian memikirkan cara untuk membuat pengguna bertahan bahkan menghabiskan waktu sebanyak mungkin di dalam platform. Yaitu: memberikan pengguna kepuasan instan. Apa itu? Facebook secara default memberikan notifikasi kepada penggunanya ketika ada respon terhadap apapun konten yang kita buat. 

Mungkin niat kita hanya mempost satu foto kita, kemudian melanjutkan pekerjaan kita. Tapi beberapa menit kemudian, HP kita memberitahu bahwa "seseorang dan 32 orang lainnya menyukai foto kita", penasaran dengan siapa saja, munculah dorongan untuk membuka lockscreen kemudian Facebook. 

Melihat daftar orang-orang yang menyukai foto kita menciptakan rasa senang, penerimaan, dan pengakuan bahkan ketika orang-orang ini sebenarnya tidak begitu signifikan dalam kehidupan kita yang sebenarnya. Tidak berhenti sampai situ, ada yang berkomentar ternyata, akhirnya kita berinteraksi disana, membuat komentar balasan. Respon terhadap komentar pun akan di beritahukan dalam bentuk notifikasi. Ganti foto dengan apapun yang kita post disana, status, story, video, artikel, halaman, apapun. Semuanya berjalan dengan konsep yang sama.

Bahkan, konsep like digantikan dengan reaction dimana makin banyak emosi yang bisa kita ekspresikan terhadap konten-konten tersebut. Like, Love, Haha, Wow, Sad, Angry. Dan jangan salah, walaupun 2 dari 6 reaction itu adalah reaksi negatif, tapi secara kontekstual bisa tetap memberikan stimulus positif untuk kita (bisa dibaca di artikel yang tadi kita bahas The Rewarding Nature of Social Interactions).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun