Mohon tunggu...
Edelina Batseran
Edelina Batseran Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa unikama

Mahasiswa unikama

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gendre Sastra Menurut Rene Wellek Austin Warren

11 April 2022   00:10 Diperbarui: 11 April 2022   00:21 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

        Kita sebaiknya membuat genre berdasarkan jumlah suku kata atau bentuk daripada berdasarkan isi (misalnya novel politik atau novel tentang pekerja pabrik).

        Suatu tingkat "bentuk" diatas "Matra" dan "Stanza" adalah "struktur" (sejenis susunan alur tertentu), untuk ini. Kita mempunyai acuan tradisional, yaitu acuan Yunani, mengenai epik dan tragedi (pembukaan dalam in medias res, tiga kesatuan dalam tragedi). Dalam sastra abad ke-18, tingkat bentuk semacam ini tidak mudah ditemukan, kecuali dalam"drama paripurna" atau dalam novel detektif (novel misteri pembunuhan), yang mempunyai struktur alur tertutup.

      Siapapun yang tertarik pada teori genre harus berhati-hati agar tidak mencampuri kan ciri-ciri perbedaan teori "klasik" dengan teori modern.

      Doktrin ini menuntut kesatuan nada yang ketat, kemurnian pada gaya tertentu dan "kesederhanaan", konsentrasi pada emosi tunggal (teror atau tawa), juga pada plot dan tema tunggal. Dengan prinsip "kemurnian estetis" semacam ini, kota sampai pada kesimpulan bahwa simfoni lebih "murni" dari pada opera dan oratorium (yang bersifat seperti orkestra dan dinyanyikan oleh kelompok kor).

       Teori klasik juga membuat perbedaan sosial pada tiap genre. Epik dan tragedi menyangkut masalah raja-raja dan kaum bangsawan, komedi menyangkut kelas menengah (kota dan kaum Borjuis), satire dan farce adalah untuk kelas rakyat.

       Secara tidak langsung, kita telah melakukan hal yang sama ketika menguraikan prinsip kemurnian estetika. Tetapi kita tidak boleh membatasi pendekatan "genologi" pada satu tradisi atau doktrin saja. Aliran klasik tidak mau mengakui katedral gotik sebagai suatu "bentuk" yang lebih kompleks dari kuil Yunani, bahkan menganggap nya tidak terbentuk.

       Teori genre modern, jelas bersifat deskriptif. Teori itu tidak membatasi jumlah kemungkinan jenis sastra yang ada dan tidak menentukan aturan-aturan untuk diikuti pengarang. Teori ini melihat bahwa genre dapat dibangun atas dasar keterbatasan (atau "keragaman") dan "kemurnian".

     Dalam seni musik, bentuk Soneta dan fugue merupakan contoh-contoh pola yang mudah dikenali. Pola yang terlalu umum dan penuh pengulangan akan membosankan, sedangkan pola yang sama sekali baru akan sulit dipahami dan bahkan sulit kita bayangkan.

      Henry Wells (dalam New Poets from old, 1940) menyebut hal ini "genetika sastra". Apapun kaitan  sastra dengan wilayah nilai yang lain, buku biasanya dipengaruhi oleh buku lain; buku meniru, mambuat parodi dan mengubah buku lainnya dan ini terjadi tidak hanya berdasarkan urutan kronologis. Beberapa topi penting teori genre akan kita uraikan disini, meskipun hanya dalam bentuk pertanyaan dan pemecahan semntara.

      Ahli formalis Rusia, shklovsky, menganggap bahwa bentuk-bentuk seni baru "hanyalah merupakan kanonisasi genre-genre yang lebih rendah (subsastra)". Novel-novel dostoevsky adalah novel-novel kriminal yang diagungkan, romansa sensation; "lirik-lirik pushkin berasal dari album puisi, puisi blok berasal dari lagu para gipsi, puisi mayakovsky berasal dari puisi-puisi lucu".

      Masalah yang lain, menyangkut kesinambungan genre-genre. Banyak yang sependapat bahwa brunetiere mengacaukan pendekatan genologi dengan memperkenalkan teori semibiologinga mengenai "evolusi". Kesimpulan nya, antara lain, bahwa sejarah sastra Prancis, dan khotbah abad ke-17 akhirnya berkembang menjadi puisi lirik abad ke-19. Tetapi berbeda dengan brunetiere, Van Tieghem mangakui bahwa kaitan ini tidak menunjukkan les genres litteraires proprement dits.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun