Mohon tunggu...
Edelina Batseran
Edelina Batseran Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa unikama

Mahasiswa unikama

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gendre Sastra Menurut Rene Wellek Austin Warren

11 April 2022   00:10 Diperbarui: 11 April 2022   00:21 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

         Setelah itu, Blair mulai membahas, dengan perincian yang kaku, "dua jenis penulisan puitis yang paling tinggi, yaitu puisi epik dan gramatik": untuk yang terakhir ini seharusnya ia memberi istilah yang lebih tepat, yaitu tragedi.

         Teori Neo-klasik tidak menerangkan,menguraikan, atau mempertahankan doktrin perbedaan jenis atau dasar perbedaan tersebut. Patuhan pada jenis, hierarki jenis, lamanya suatu jenis berlangsung, dan penambahan jenis baru.

       Karena berdasarkan sejarahnya, aliran Neo-klasik adalah percampuran antara rasionalisme dan sikap , kecenderungan nya adalah bersikap konservatif,mempertahankan sejauh mungkin jenis-jenis yang berasal dari tradisi kuno, terutama jenis tradisi puitis.

       Kesetiaan pada jenis adalah sebuah doktrin yang dipelopori oleh pendukung tragedi Prancis klasik, yang tidak menyukai kebiasaan tragedi Elizabeth untuk memasuki adegan-adegan lucu(adegan penggali kubur dalam Hamlet, adegan penjaga pintu gerbang yang mabuk dalam Macbeth).

       Hierarki jenis-jenis sastra sebagian merupakan suatu kalkulus yang bersifat hedonistis: dalam doktrin-doktrin kalsik, skala kesenangan tidak bersifat kuantitatif. Puisi-puisi "minor" Milton ditulis dalam jenis yang lebih rendah, seperti Soneta, canzone, masque.

      Sekarang kita masuk pembahasan tentang tipe kelompok lain, yang banyak ditentukan oleh bentuk Stanza dan Matra. Penulis-penulis Jerman dan Prancis cenderung menyebut ketiganya sebagai "bentuk-bentuk tetap", atau kelas, untuk membedakannya dari genre. Tetapi Vietor membuat suatu perkecualian, paling tidak untuk Soneta: sebaiknya cakupannya dibuat lebih longgar.

       Genre harus dilihat sebagai pengelompokan karya sastra, yang secara teoretis didasarkan pada bentukluar (Matra atau struktur tertentu) dan pada bentuk dalam (sikap, nada, tujuan, dan yang lebih kasar, isi dan khalayak pembaca). 

      Kadang-kadang ada pergeseran petunjuk: "elegi" dalam sastra Inggris, Yunani, dan Romawi dimulai dengan ua baris sajak elegi (elegiac couplet) atau distich.

       Kita mungkin cenderung untuk tidak melanjutkan sejarah genre setelah abad ke-18, karena setelah abad ke-18, orang tidak mengharapkan lagi bahwa puisi dibuat dengan struktur pola yang berulang.

       Tapi sebetulnya lebih tepat dikatakan bahwa ada pergeseran konsepsi genre pada abad ke-19, bukan bahwa kepatuhan terhadap genre sudah tidak ada sama sekali. Pembaca abad ke-19 semakin luas; dengan demikian, semakin banyak genre baru muncul. Dalam puisi Amerika, ada zaman vers Libre, zaman Eliot, dan zaman Auden.

      Van Tieghem dan peneliti yanain memberi contoh novel sejarah. Kalau ada novel politik, bukankah ada juga genre novel gerejani (yang meliputi Robert Elsemere dan karya Compton Mackenzie, The Altear steps, Salem chapel, dan Barchester Towers)? Tidak. Disini, klasifikasi novel "politik" dan novel "gerejani" lebih merupakan pengelompokan berdasarkan isi, klasifikasi sosiologis yang murni. Selain itu juga ada teknik-teknik yang baku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun