“Suka sekali! Ini musik keren!”
“Well, ayo kita mulai belajarnya. Sudah terlambat setengah jam,” kata Eleni, mematikan CD player.
***
Trista sedang berdandan ketika aku masuk kamar menjelang pukul 7 malam itu.
“Mau kemana?” tanyaku.
“Oh ya. Aku lupa. Ada pesta gathering kantor malam ini, perpisahan direktur produksi yang mau dipindah ke Bangkok. Mendadak. Aku lupa bilang. Aku juga lupa bilang suami atau istri diundang juga. Kamu ikut ya, Mas?”
“Aku….”
“Tuh sudah kubelikan baju dan celana baru,” Trista menunjuk setumpuk busana baru di pinggiran tempat tidur. Aku yakin ia tahu aku bakal kesulitan mencari baju yang layak pakai untuk mendampingi istri.
“Memangnya harus aku harus ikut?” ogah-ogahan aku menyentuh pakaian baru lengkap dengan label harga yang masih menempel.
“Sebaiknya begitu. Biar kamu lebih kenal dengan rekan-rekan kantorku. Coba baju dan celananya. Jam delapan kita musti sampai di lokasi,” kata Trista tak berhenti mematut-matut wajah.
“Celananya oke, tapi bajunya kegedean,” aku menunjukkan diriku pada Trista, dalam balutan kemeja yang salah ukuran.
“Oh, shit! Tadi kukira sudah pas!” Trista menoleh sebentar, dan selebihnya melihat lewat pantulan cermin.
“Jadi gimana?”