Di lain pihak, sejak mulai dewasa, manusia memahami bahwa sebagian dari hidupnya merupakan tantangan, kewajiban, ujian, cobaan, atau masalah. Sejak itulah sebagian dari mereka mulai merasa iri kepada burung-burung yang bisa terbang bebas seolah tanpa beban dan kewajiban; bisa terbang kemana saja sekehendak hati. Mengapa? Ternyata, mereka mulai menemui masalah, malas mengeluh, dan terkena rayuan hawa nafsu. Sebagian dari itu cukup berat, mengganggu, dan melelahkan. Hidup manusia memang tidak lepas dari masalah. Ada akal & nafsu, berarti juga ada masalah. Fungsi utama akal adalah untuk mengidentifikasi, memahami, dan mengendalikan hawa nafsu, masalah, dan tantangannya dengan benar.
Sebab-Sebab Manusia Bermasalah
Jika ditanyakan, mengapa manusia selalu bermasalah? Tentu saja, selain karena secara umum telah dikarunia akal dan nafsu, jawabannya akan beragam. Sebagian dari potensi jawaban itu adalah:Â
- untuk mendapatkan yang dibutuhkan, manusia perlu berusaha, bekerja, dan berproses, dan hal itu merupakan tantangan sekaligus masalah harian yang tidak semua manusia dapat bersyabar dengannya;Â
- manusia sering membandingkan dirinya dengan yang lain, atau membandingkan kondisinya saat ini dengan kondisinya pada saat-saat yang lain (hal ini mengundang pemikiran perbedaan antara harapan dan kenyataan);Â
- di dunia ini selalu terjadi perubahan, dan sebagian dari itu menuntut manusia untuk bertoleransi, berkompromi, dan beradaptasi, sementara tidak setiap manusia mampu melakukan itu dengan baik;Â
- hidup ini berisi banyak hal ketidak-pastian dan tidak setiap manusia mampu bertahan dalam kondisi itu;Â
- kehidupan dan lingkungan manusia memiliki kompleksitas yang sangat beragam, sementara tidak semua orang dapat memahaminya dengan baik dan lengkap, apalagi manusia cenderung bersifat parsial dan terbatas;Â
- manusia memiliki akal (kemampuan berfikir), tetapi tidak setiap manusia yang menggunakannya secara maksimal dan jujur dengan akalnya;Â
- manusia memiliki kebebasan dalam berpikir, memilih, dan bertindak. Oleh sebab itu, wajar saja jika sebagian manusia (pernah) bertindak salah (mengganggu sesamanya atau lingkungannya);Â
- manusia itu unik, oleh sebab itu, sangat mungkin memiliki pemikiran, pilihan, pendapat, keyakinan, kepentingan, dan kebutuhan yang berbeda (potensi terjadi gesekan, konflik, dan perselisihan);Â
- manusia dikelilingi oleh sumber-daya yang terbatas (potensi terjadi gesekan, perselisihan, persaingan, konflik kepentingan, dan peperangan);Â
- manusia cenderung berpandangan sempit, subjektif, dan parsial;Â
- karena cenderung pada nafsunya, terkadang, ia kurang bersyukur tetapi justru mengeluh (selalu merasa kurang) atas apa pun yang telah diperolehnya selama ini.Â
- dalam jangka waktu tertentu, manusia diberi tugas umum untuk "mengelola" atau "menata" bumi ini dengan baik, benar, dan harmonis. Tentu saja tugas-tugas ini memerlukan pemikiran (penggunaan akal) yang kuat, konsisten, menyeluruh, ketegasan, selain juga akan menghadapi tantangan dan masalah-masalah besar.Â
Dengan mempertimbangkan potensi-potensi jawaban ini, maka adalah wajar saja jika manusia selalu bermasalah.
Contoh-Contoh Masalah
Jika dihitung, akan ada banyak bentuk, ungkapan, model, tipe, katagori, tingkatan, kompleksitas, atau detil masalah manusia. Sekedar ilustrasi, berikut ini adalah beberapa contoh masalah:
- Sakit mata.
- Sakit perut karena baru saja makan rujak pedas.
- Si Adi patah kakinya hingga perlu dirawat selama 2 bulan. Akibatnya, ia tidak dapat mengikuti pelajaran dan ujian akhir.
- Pak Ismail bingung berat pagi ini dengan uangnya yang tersisa Rp. 100 ribu. Jika dijadikan modal dagang hari ini, maka keluarganya tidak dapat makan hari ini.
- Seorang presenter masih sakit gigi hingga sulit berbicara, padahal 30 menit lagi harus tampil membawa acara diskusi nasional.
- Suatu wilayah terancam krisis pangan parah, mayoritas petaninya miskin, kebijakan yang biasa diambil adalah import beras.
Kompleksitas Masalah
Berdasarkan contoh-contoh di atas, dapat dikatakan bahwa masalah dapat bersifat sederhana (mudah dipahami dan potensi solusinya pun mudah dicari), sedang, atau kompleks (tidak mudah dipahami dan solusinya pun sulit dicari). Contoh masalah sederhana adalah sakit perut. Pada kasus ini, masalahnya jelas dan sering dialami; referensinya banyak. Oleh sebab itu, solusinya pun jelas, tinggal memilih sesuai kondisinya: (1) jika sudah tidak ada waktu lagi dan tak sanggup menahannya, segeralah pergi ke toilet; (2) jika masih ada waktu dan masih sanggup menahan rasa itu, makanlah obat sakit perut; dan (3) jika terus-terusan sakit perut dalam periode tertentu, pergilah ke dokter untuk berkonsultasi dan berobat. Selain itu, hampir setiap orang sudah mengenal kelemahan tubuh sendiri. Masalah sederhana ini pada umumnya dapat ditindak-lanjuti sendiri, dengan resikonya sendiri, dan tidak perlu bahasan lebih lanjut.
Lain halnya dengan masalah yang tidak sederhana; kompleks, penting, berdampak luas & besar, dan menyangkut banyak pihak. Tipe masalah seperti ini tidak mudah untuk dipahami dengan segera dan kemudian diselesaikan secara tuntas. Apalagi jika masalahnya cukup berbelit, berefek samping, dan berkomplikasi hingga sebagian orang mengatakannya sebagai "lingkaran setan". Oleh sebab itu, pada masalah seperti ini, diperlukan formulasi yang baik.
Masalah Vs. Tantantan
Meskipun kebanyakan masalah berkonotasi negatif, ternyata tidak selalu demikian. Ada sisi atau episode dimana masalah juga disebut sebagai tantangan. Artinya, pada sisi itu, masalah merupakan tantangan (rutinitas) yang mau-tidak-mau harus dihadapi. Dengan kata lain, pada masalah terdapat unsur tantangan. Pada konteks ini, sederhananya, tantangan "ekivalen dengan" masalah.
Masalah, Istilah Sejenis, dan Makna-Maknanya
Pada konteks tertentu, sebagian orang lebih menyukai penggunaan istilah-istilah tantangan, ujian, cobaan, problem, persoalan, konflik, atau krisis ketimbang masalah. Dalam keseharian, istilah-istilah itu sering tertukar satu sama lainnya. Sebagian tidak bermasalah. Yang penting, maksudnya dapat dipahami. Dengan demikian, istilah masalah memiliki beberapa varian sesuai dengan sudut pandangnya.
Secara sederhana, masalah merupakan:
- Situasi, kondisi, suasana, keadaan, atau konstelasi yang dianggap sulit, tidak disukai, ingin dihindari, atau bahkan sudah berbahaya hingga perlu segera ditangani, diselesaikan, dan dibuatkan solusinya;
- Situasi/kondisi dimana terdapat perbedaan (gap yang signifikan) antara kenyataan dan harapan (yang diinginkan, ditargetkan, atau menjadi referensi).Â
- Tantangan yang perlu diungkapkan, dikerjakan, dilakukan, dipecahkan, atau dicarikan jawabannya; seperti halnya teka-teki, misteri, kasus, ujian, soal matematika, dan problem sosial;
- "Sistem" (yang terkadang) tersembunyi (faktor sebab) yang (diasumsikan telah, masih, atau akan) "bekerja" sedemikian rupa hingga menimbulkan gejala atau masalah turunan (faktor akibat) yang dianggap merugikan.
Berdasarkan makna-makna inilah, sebagian dari masalah menjadi wajar jika diformulasikan agar lebih mudah didiskusikan, dipahami, Â dikomunikasikan, dibuatkan solusinya, dan disebarkan.
Sifat Relatif pada Masalah
Terkadang, terdapat sifat relatif pada masalah. Dengan sifat ini, suatu masalah (hulu), di samping akan menyebabkan munculnya gejala, bisa jadi juga menyebabkan masalah turunan (hilir) di kemudian hari. Dengan demikian, masalah turunan setingkat dengan gejalanya. Karena setingkat, maka tidak mengherankan jika sebagian orang menganggap gejala sebagai (ekivalen dengan) masalah. Sebagai misal, karena (sering) terlambat makan, munculah gejala-gejala mengantuk, lemas, kurang berkonsentrasi, berkurangnya kemampuan berfikir, asam lambung meningkat, dan sakit kepala. Sehubungan dengan hal ini, sebagian orang menyebut sakit kepala sebagai penyakit (masalah) dan asam lambung meningkat juga disebut maag (masalah); bukan gejala. Jadi, dari contoh ini saja, sakit kepala dan maag (masalah turunan) akan setara dengan gejala (mengantuk, lemas, kurang konsentrasi, dan berkurangnya kemampuan berfikir). Seorang analis yang baik, setelah mengamati dan menganalisisnya dengan baik, tentu saja mampu mengenali urut-urutannya dari masalah (hulu) hingga ke gejala dan masalah turunannya (hilir).