Bukan cuma PKL yang suka bandel, kesadaran para pengunjung Monas juga sangat rendah. Sejumlah pengunjung terlihat tanpa rasa bersalah menginjak-injak tanaman hias di pinggiran pagar pembatas dan seenaknya membuang sampah. Terlihat beberapa pengunjung dengan enteng membuang sampah plastik bungkusan makanan dan botol minuman ringan ke dalam kolam di area dalam Monas. Kasihan juga melihat para pasukan kuning alias petugas kebersihan yang harus ke sana ke mari sambil menenteng karung dan memunguti sampah yang dibuang seenaknya oleh para pengunjung.
Padahal di dalam kawasan monumen karya arsitek Frederich Silaban dan R.M. Soedarsono itu terdapat sejumlah papan berisi imbauan agar setiap orang ikut menjaga kebersihan. Apakah kebiasaan membuang sampah sembarangan sudah menjadi budaya bangsa kita?
Tapi orang Jakarta bisa sedikit berbangga karena secara umum ibukota sudah lebih bersih dan hijau. Itulah mengapa anak saya melontarkan protes ketika melihat Jakarta tak sekotor yang diduganya. Bocah delapan tahun yang baru pertama kali berkeliling Kota Jakarta, menilai bahwa gambaran Jakarta sebagai kota yang kumuh dan penuh sampah ternyata tidak demikian. “Papa, katanya Jakarta banyak sampah, tapi buktinya nggak ada sampah tuh. Kota Jakarta bersih kok,” ujarnya. Namun dia memprotes keras ketika melihat pengunjung Monas membuang sampah ke dalam kolam. “Pa, kok ibu itu buang sampah ke dalam kolam?”
[caption id="attachment_345542" align="aligncenter" width="300" caption="PERINGATAN UNIK - Peringatan unik pada dinding di sisi Jl Sudirman, Bandung, agar warga tidak membuang sampah sembarangan. Foto diambil pada Rabu, 7 Januari 2015. (eddy mesakh)"]
Saat di Bandung, saya tertarik dengan sebuah “papan peringatan” yang dipakukan ke tembok di sisi Jl Sudirman. Pada papan itu tertulis; “Di sini buang duit boleh tapi buang sampah jangan/sampah ngak ada yang mungut”. Bunyi pengumuman seperti ini, yang tampaknya dibuat oleh warga, menggambarkan bahwa ada sebagian masyarakat kita yang sudah sangat kesal terhadap perilaku membuang sampah seenaknya. Makanya bunyi pengumumannya bukan lagi “dilarang membuang sampah di tempat ini”, sebagaimana biasanya, tetapi dibuat sedikit nyeleneh seperti itu. (*)
NB: Artikel ini sebenarnya sudah diposting sejak siang tadi, tetapi mengalami masalah teknis sehingga saya hapus dan kembali diposting setelah ada penjelasan dari Admin Kompasiana. Isi artikel telah mengalami sedikit perubahan. (pen)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H