Mohon tunggu...
Eddy Mesakh
Eddy Mesakh Mohon Tunggu... Wiraswasta - WNI cinta damai

Eddy Mesakh. Warga negara Republik Indonesia. Itu sa! Dapat ditemui di http://www.eddymesakh.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hatta Radjasa Bisa Bantu Ahok Benahi PKL di Monas

10 Januari 2015   02:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:27 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan cuma PKL yang suka bandel, kesadaran para pengunjung Monas juga sangat rendah. Sejumlah pengunjung terlihat tanpa rasa bersalah menginjak-injak tanaman hias di pinggiran pagar pembatas dan seenaknya membuang sampah. Terlihat beberapa pengunjung dengan enteng membuang sampah plastik bungkusan makanan dan botol minuman ringan ke dalam kolam di area dalam Monas. Kasihan juga melihat para pasukan kuning alias petugas kebersihan yang harus ke sana ke mari sambil menenteng karung dan memunguti sampah yang dibuang seenaknya oleh para pengunjung.

Padahal di dalam kawasan monumen karya arsitek Frederich Silaban dan R.M. Soedarsono itu terdapat sejumlah papan berisi imbauan agar setiap orang ikut menjaga kebersihan. Apakah kebiasaan membuang sampah sembarangan sudah menjadi budaya bangsa kita?

Tapi orang Jakarta bisa sedikit berbangga karena secara umum ibukota sudah lebih bersih dan hijau. Itulah mengapa anak saya melontarkan protes ketika melihat Jakarta tak sekotor yang diduganya. Bocah delapan tahun yang baru pertama kali berkeliling Kota Jakarta, menilai bahwa gambaran Jakarta sebagai kota yang kumuh dan penuh sampah ternyata tidak demikian. “Papa, katanya Jakarta banyak sampah, tapi buktinya nggak ada sampah tuh. Kota Jakarta bersih kok,” ujarnya. Namun dia memprotes keras ketika melihat pengunjung Monas membuang sampah ke dalam kolam. “Pa, kok ibu itu buang sampah ke dalam kolam?”

[caption id="attachment_345542" align="aligncenter" width="300" caption="PERINGATAN UNIK - Peringatan unik pada dinding di sisi Jl Sudirman, Bandung, agar warga tidak membuang sampah sembarangan. Foto diambil pada Rabu, 7 Januari 2015. (eddy mesakh)"]

14207407781881224374
14207407781881224374
[/caption]

Saat di Bandung, saya tertarik dengan sebuah “papan peringatan” yang dipakukan ke tembok di sisi Jl Sudirman. Pada papan itu tertulis; “Di sini buang duit boleh tapi buang sampah jangan/sampah ngak ada yang mungut”. Bunyi pengumuman seperti ini, yang tampaknya dibuat oleh warga, menggambarkan bahwa ada sebagian masyarakat kita yang sudah sangat kesal terhadap perilaku membuang sampah seenaknya. Makanya bunyi pengumumannya bukan lagi “dilarang membuang sampah di tempat ini”, sebagaimana biasanya, tetapi dibuat sedikit nyeleneh seperti itu. (*)

NB: Artikel ini sebenarnya sudah diposting sejak siang tadi, tetapi mengalami masalah teknis sehingga saya hapus dan kembali diposting setelah ada penjelasan dari Admin Kompasiana. Isi artikel telah mengalami sedikit perubahan. (pen)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun