Suatu hari, Opti secara persuasif diseret ke Balai Desa. Sudah hadir di ruang yang cukup luas itu, beberapa aparat desa.Â
Seorang yang tampaknya adalah Kepala Desa. Membelai ribut dikepala Opti. Belaian itu disambut sebuah dengusan mendesis dari Opti.Â
" Kita tak bisa lagi membiarkan Opti berkeliaran seperti biasa. " ujar Kepala Desa.Â
" Ya lebih baik dia dirawat di Panti ODGJ ketimbang tertabrak Truk yang melaju" selak satu diantara yang hadir di Balai.Â
Sang Kepala Desa melihat Jam besar yang menempel di tembok dinding Balai, " Mungkin sebentar lagi kendaraan dari panti ODGJ sudah sampai. Mereka akan langsung membawa Opti ke Kota. " Â katanya sambil melempar pandang ke setiap wajah di dalam Balai.Â
" Tulis namanya di papan itu. " kembali Kepala Desa berkata kepada seseorang. Sepertinya wakil kepala Desa.Â
Orang  itu langsung melangkah  menuju tempat dimana sebuah papan tulus besar menempel pada dinding tembok.Â
Pada papan tulis itu, terdapat deretan angka yang dibubuhi sebuah nama disetiap angka. Nama Opti ditorehkan didepan angka sembilan belas.Â
17 Â Â : Bebas.Â
18 Â : Harapan.Â
19 Â : Optimis.Â