Mohon tunggu...
eddy lana
eddy lana Mohon Tunggu... Freelancer - Eddylana

Belajar menjadi tukang pada bidang yg dinamis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jodohmu Memang Bukan Aku

20 Juni 2021   21:49 Diperbarui: 20 Juni 2021   22:12 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal tersebut sungguh mengganggu disetiap detik kehidupannya. Sehingga, walau tak terlalu antusias dia menerima ajakan Widi , seorang sobat akrabnya semasa masa kuliah dulu untuk ikut masuk Club Gymnya. 

Naluri wanitanya menangkap sebuah situasi yang tak biasa didalam rumah yang ditinggali mereka berdua. Misalnya penciumannya yang pernah merasai aroma wangi sejenis parfum yang tak begitu familiar ditengah mereka. 

Beberapa kali semerbak wewangian dengan aroma yang sama, menyelusup keliang penciumannya. Dan hal itu lebih terasa dikamar Wildan saat dia sedang membersihkannya. 

Resti memang tak pernah mengijinkan pembantunya untuk membereskan ruang kamar tidur mereka. Terlalu privasi, ujarnya saat itu pada dirinya sendiri. 

Bahkan ketika Wildan menyatakan ingin memakai kamar lain sebagai ruang tidurnya, dia tetap tak mengijinkan pembantunya untuk menata kamar Wildan. Rumah mereka memang punya empat kamar termasuk kamar tidur mereka selama ini. 

" Aku pindah kekamar didekat ruang tengah itu. Biar kau lebih leluasa berguling kekiri-kekanan. Kamar ini semakin terasa sempit sekarang. "  tukas suaminya melempar alasan sambil mengumbar tawa, ketika Resti bertanya, mengapa dia pindah kamar. 

Suatu hari, sekonyong-konyong tanpa alasan yang jelas, suaminya belakangan ini selalu mengunci kamar setiap dia pergi. Kuncinya pun selalu dibawanya. 

Dan semua menjadi terang benderang, seterang matahari siang yang cerah tanpa awan menghalang. Dompet yang tertinggal membuka sesuatu yang selama ini mengganggu di kehidupannya. 

Saat itu Resti langsung membalikan arah mobilnya kembali menuju rumah. Dia harus membayar cemilan, parkir, beli bensin, dan mungkin keperluan lainnya. Tanpa dompet beserta isi kartu-kartu didalamnya, tak mungkin dia meneruskan perjalanannya. 

Kening Resti berkerut saat tiba didepan rumahnya.  Ternyata mobil Wildan sudah terparkir dihalaman rumah mereka. Padahal seharusnya Wildan masih berada dikantor. 

Bergegas langkahnya menapak dihalaman rumah mereka yang cukup luas itu. Asisten rumah-tangganya yang membukakan pintu agak sedikit terlihat gugup. Tetapi, lewat siratan wajahnya Resti seperti menangkap sesuatu yang tak beres. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun