Hari mulai gelap. Malam sudah datang. Bulan dan bintang muncul perlahan di langit yang hitam. Sekarang semua hewan banyak yang istirahat di kandang. Istirahat di sarang.
Tapi tiba tiba ada bayangan hitam terbang ke sana kemari diantara lebatnya pepohonan. Cepat sekali. Hingga susah dibedakan yang mana hewan dan yang manakah bayangannya.
Sekelompok kumbang memandang heran. Mengapa ada burung terbang malam hari. Biasanya burung pulang ke sarang. Istirahat mencari makan. Esok pagi baru terbang kembali.
"Hei lihat! Ada burung malam yang bergelantungan di atas pohon." Kumbang berteriak memberitahukan apa yang dia lihat pada teman temannya.
"Aneh. Burung kok begadang." Teriak kumbang yang satunya lagi.
"Biasanya burung tidur di sarang. Yang ini malah bergelantungan di ranting dan dahan." Teriak kumbang lainnya keheranan.
"Mulutnya juga aneh. Banyak dihiasi gigi tajam. Padahal aku nggak pernah lihat burung punya gigi." Teriak kumbang berikutnya dengan heran.
"Yang aku tahu, burung malam itu burung hantu. Tapi burung hantu kalau hinggap di atas dahan tidak terbalik seperti itu." Teriak kumbang yang satunya lagi.
Kelalawar mendengar sekilas apa yang kumbang bicarakan. Kelalawar merasa tidak enak hati. Sebab dia sudah jadi bahan pembicaraan kumbang kumbang. Ada yang tak enak di dengarnya. Para kumbang menyebutnya burung malam yang aneh. Dia tidak terima.
"Enak aja aku dibilang burung malam. Pakai kata aneh lagi." Kelalawar mengomel sambil terbang mendekati para kumbang.
Para kumbang pun berlari menghindari burung malam. Mereka takut di makan. Sebab burung sangat suka dengan serangga seperti mereka.
"Hei.... Jangan lari! Teriak kelalawar sambil terbang mengikuti para kumbang.
"Jangan makan kami!" Teriak para kumbang serentak.
"Aku tidak bisa makan kumbang. Aku makan buah buahan!" Kelalawar berteriak sambil tertawa.
Melihat kelalawar tertawa, para kumbang menghentikan larinya. Mereka terdiam kebingungan.
"Apanya yang lucu?" Teriak seekor kumbang.
"Pembicaraan kalian!" Kelalawar masih saja tertawa kesenangan.
Para kumbang semakin bertambah heran. Heran melihat kelalawar tadi tertawa. Tapi mereka jadi tidak takut lagi. Mereka merasa aman. Sebab mereka tahu kelalawar tak suka makan kumbang.
"Mengapa kalian menyebutku burung malam?" Kelalawar bertanya kesal.
"Karena kamu bisa terbang sama seperti burung."
"Bukankah bentukku berbeda dengan burung? Kalian lihat tubuhku tidak berbulu. Tubuhku ditutupi rambut halus."
"Makanya kami heran. Mengapa kamu berbeda dengan burung. Padahal kamu bisa terbang."
"Aku adalah kelalawar. Aku masuk dalam kelompok mamalia. Mamalia itu hewan menyusui. Sama seperti sapi dan kucing. Hanya saja aku diberi sayap untuk terbang."
"Jadi, kamu bukan burung?" Seekor kumbang bertanya tak percaya.
"Iya. Karena itulah jangan panggil aku burung malam. Panggil saja aku kelalawar. Â Oke?"
"Oke." Teriak para kumbang bersamaan.
Kelalawar tertawa riang bersama para kumbang yang sudah tak kebingungan lagi. Sebab mereka tahu teman baru mereka bukanlah burung predator yang suka memakan kelompok kumbang. Tetapi kelalawar yang suka makan buah buahan.
Benuo Taka, 23 Februari 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H