"Cie... cie... yang lagi kangen." Rudi menggodaku.
"Husss. Ini urusan rencana perjalanan kita ke hutan besok yang kuceritakan padamu dan teman teman tadi malam."
"Betulan dia mau ngantarin kita?"
"Makanya kupastikan lagi hari ini."
"Oke." Rudi mengacungkan jempolnya.
Kami pun berpisah dipertigaan jalan. Rudi pulang sedangkan aku menuju rumah Wati dengan semangat. Padahal perutku terasa lapar. Namun semua sudah lenyap sejak rasa penasaranku tadi berkembang lagi.
*****
"Assalamualaikum...."
"Waalaikumussalam. Duduk dulu, Bud?"Â
Wati munculkan setengah paras cantiknya dari tembok samping rumahnya. Mungkin dia baru saja selesai mencuci dan menjemur pakaian. Mungkin pakaiannya basah dan tak karuan. Ah, banyak kemungkinan kemungkinan yang berkembang di otakku sejak di sungai tadi. Aku pun menghempaskan tubuhku di bale bale bambu yang sejak tadi begitu menggodaku. Kurebahkan sejenak ragaku yang letih sebab perjalanan dari sungai tadi.
"Aku mau bicarakan kesediaanmu mengantar kami ke hutan besok." To the point kukatakan pada Wati sewaktu dia muncul dari balik pintu sambil membawa segelas Limus dan jagung rebus.