Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Duh... Aku Mati Rasa

3 Agustus 2019   09:00 Diperbarui: 3 Agustus 2019   09:09 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Kudengar tepukan keras. Telat. Kulihat Zal sudah memegangi pipi kanannya sambil meringis menahan panas akibat pendaratan mulus tangan kekar di sisi wajahnya. Dan aku hanya bisa terkesima.


Rupanya Zal pun sudah tahu kalau itu adalah tangan Abang ojek yang mangkal di dekat Nur jualan. Dengar dengar dari bisikan para tukang ojek, abang kekar itu saingannya Zal yang juga berhasrat mendekati Nur. 

Dari bodynya saja, terus terang, Zal kalah jauh. Sejauh tingginya langit di angkasa. Nggak bisa disandingkan. Jauh beda. Apalagi dari segi usia, Zal terlalu tua. Tak pantas bersaing dengannya.


Banyak rasa yang sudah bercampur di benak Zal. Kecewa? iya. Marah? juga ada. Jengkel? pastilah. Takut? iya juga. Malu? sudah pastilah. Kulihat wajah merah padamnya Zal karena seruan ramai dari para tukang ojek di pangkalan itu.


"Laksonoooo! Ayo kita pulang." Zal setengah berteriak mengajakku dan menarik tanganku lalu berjalan tergesa gesa meninggalkan tempat itu. 

Langkah kaki tuaku pun tergopoh gopoh untuk yang kesekian kalinya. Malu juga rasanya. Setiap berada di dekat Nur pasti ada musibah yang melanda. Dan batinku pun berkata, "Duh, aku mati rasa."

Salam hangat salam literasi
Love and peace
EcyEcy; Benuo Taka, 21 Juli 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun