Itulah beberapa ciri perilaku yang ditunjukkan oleh mereka yang memuliki kebutuhan afiliasi yang tinggi.
Ketiga, kebutuhan kekuasaan (need for power)
Kebutuhan akan kekuasaan didefinisikan oleh McClelland sebagai dorongan untuk mengendalikan lingkungan, mempengaruhi perilaku orang lain, dan mengambil tanggung jawab atas mereka.
Menurut Walandouw dkk. (1988), beberapa tanda motivasi kekuasaan termasuk perilaku dominan, upaya untuk menciptakan kesan pada orang lain, serta usaha mengendalikan orang lain, misalnya dengan mengarahkan perilaku mereka.
Kekuasaan ini dapat dibagi menjadi dua jenis:
Kekuasaan sosial, yaitu dorongan untuk mendapatkan kekuasaan melalui peran dalam organisasi atau kelompok, misalnya dengan menjadi pengurus atau pemimpin dalam suatu organisasi.
Kekuasaan pribadi, yang diwujudkan melalui keinginan untuk mengalahkan lawan atau mencapai kemenangan dalam persaingan, dengan pandangan hidup yang berfokus pada perasaan menang atau kalah.
Bagaimana Penerapannya?
Dari uraian di atas, jelas bahwa setiap tindakan manusia dipengaruhi oleh motivasi tertentu. Motivasi ini berasal dari kebutuhan intrinsik, yang dalam hal ini terdiri dari kebutuhan berprestasi, berafiliasi, dan berkuasa, sebagaimana dijelaskan oleh McClelland.
Dalam praktik organisasi, pemimpin dapat memanfaatkan pemahaman ini dengan mengenali motivasi yang paling dominan pada karyawan.
Jika seorang karyawan memiliki kebutuhan akan kekuasaan yang tinggi, berikan kesempatan untuk memimpin atau mengoordinasikan tim.