Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Generasi Z, Work Life Balance, dan Pekerjaan Informal

4 Agustus 2024   18:24 Diperbarui: 4 Agustus 2024   18:39 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi Z adalah mereka yang berusia 15 sampai dengan 27 tahun. Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, mereka menghendaki hal yang berbeda dalam pekerjaan atau kariernya.

Lalu, apa harapan generasi Z ini terhadap pekerjaan, sistem atau pola kerja, dan kehidupan pada umumnya?

Mengapa memahami motivasi generasi Z ini demikian penting? Alasannya, merekalah yang akan dipekerjakan atau diharapkan bekerja dengan sesama generasi Z dan dengan generasi sebelumnya, baik generasi Y, generasi X, maupun generasi baby boomer.

Work Life Balance

Survei Jakpat menyebutkan bahwa sebagian besar generasi Z membutuhkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi atau work life balance (Kompas, 2 Agustus 2024).

Kalau generasi sebelumnya banyak diharapkan bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan sebesar-besarnya dengan mengurangi waktu istirahat, maka Gen Z tidak demikian. Mereka menginginkan kehidupan yang lebih seimbang antara bekerja dengan berkegiatan untuk diri sendiri.

Mereka tidak ingin ngoyo dalam bekerja, melainkan menghendaki juga ada waktu untuk me time, bersantai, dan menjalani hobi. Tidak mau seluruh waktunya untuk kepentingan pekerjaan, kendati sebenarnya hal itu dapat memberinya pendapatan yang lebih besar.

Dengan pola hidup seimbang, mereka memimpikan hidup yang lebih sehat, tenang, dan bahagia. Bukannya hidup yang dipenuhi dengan kerja dan kerja terus, tanpa mempedulikan kebutuhan sebagai individu. Hidup seperti itu, menurut mereka, akan membawa orang pada tingkatan stres yang tinggi bahkan depresi sehingga perlu dihindari.

Work life balance ini ada kesamaan dengan pola hidup slow living. Dalam konsep slow living, setiap detik dari kehidupan dipenuhi dengan kesadaran dalam menjalaninya.

Di samping itu, dipandang  tidak perlu bekerja terburu-buru. Ada juga kombinasi yang sepadan antara kehidupan kerja dengan kehidupan pribadi dan keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun